Jumat, 28 Mei 2010

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah meraka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Anak berkebutuhan khusus saat ini menjadi istilah baru bagi masyarakat kota Malang pada umumnya. Padahal jika kita memahami lebih dalam lagi maksud dari istilah anak-anak berkebutuhan khusus, istilah ini tidaklah terlalu asing. Di Indonesia istilah yang terlebih dahulu populer untuk mengacu pada anak berkebutuhan khusus adalah berkaitan dengan istilah anak luar biasa. Pada profesi psikologi klinis/kedokteran istilah yang populer adalah anak-anak dengan handaya perkembangan.
Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder.
1. Autistic Disorder
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
1. Asperger Disorder
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
1. Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.
1. Childhood Disintegrative Disorder.
Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.
1. Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)
Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.
Anak-anak berkebutuhan khusus selain Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder :
1. Child with developmental Impairement
Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation). Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinyapun tidak mengalami gangguan.hanyak saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.
1. Child with specific learning disability
Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar. Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.
1. Child with emotional or behavioral disorder
Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat dari ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).
1. Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.
1. Down Syndrom
Anak down syndraom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.
1. Child with communication disorder and deafness
Lebih popular dengan istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya indra pendengaran sebagaian/keseluruhan.
1. Child with partially seeing and legally blind
Anak tunagrahita dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki indra ke-enam. Hal ini mengacu kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunagrahita mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya.
1. Child with Giftednees and Special talent
Anak berbakat memiliki cirri-ciri :
1. Memiliki skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument Stanford Binet (general intellectual ability).
2. Mempunyai problem solving, kreatifitas tinggi dan produktif.
3. Memiliki keunggulan dibidang akademik/seni/sastra/verbal/etetika/sport/sosial.
4. Memiliki kemampuan intuisi yang kuat, terkadang mampu mempredisi sesuatu yang bersifat futuristik yang mungkin beberapa waktu (tahun/abad) baru diketahui orang normal.
5. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang teliti dan visioner.
http://sekolahdolan.org/2009/05/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus

Awas, Buah & Sayur Bisa Picu Gangguan Mental

VIVAnews – Penelitian baru menunjukkan bahwa paparan pestisida yang digunakan pada makanan anak-anak seperti stroberi segar, seledri bisa meningkatkan risiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak.
Seperti dikutip dari laman Modernmom.com, para ilmuwan di AS dan Kanada menemukan bahwa anak-anak dengan tingkat residu pestisida yang tinggi dalam urin mereka, rentan mengalami ADHD.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti cara berpikir, bertindak dan merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan bermasalah dengan konsentrasi dan pemusatan pikiran. Seperti memicu anak hiperaktif.
Anak-anak dengan tingkat lebih tinggi dari rata-rata satu penanda pestisida memiliki risiko dua kali lipat terdiagnosis ADHD. “Saya pikir itu cukup signifikan, penggandaan adalah efek yang kuat, “kata Maryse F Bouchard, seorang peneliti di University of Montreal di Quebec dan penulis utama dari studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics.
Lantas, apa yang harus orangtua lakukan untuk menghindari ADHD pada anak? “Saya menganjurkan agar para orangtua lebih banyak memberikan anak-anak makanan organik,” ujar Bouchard. “Saya juga akan merekomendasikan mencuci buah dan sayuran sebanyak mungkin.”
Menurut kajian National Academy of Sciences pada 2008, 28 persen sampel blueberry beku, 25 persen sampel stroberi segar, dan 19 persen sampel seledri mengandung residu pestisida. Paparan pestisida kebanyakan berasal dari buah-buahan dan sayuran segar. (wm)
http://sekolahdolan.org/2010/05/awas-buah-sayur-bisa-picu-gangguan-mental/

Pendidikan untuk anak dengan kebutuhan khusus (special needs)

Assalamu'alaikum WW.

Perkenankan saya bercerita sekali lagi mengenai putri saya yang istimewa dalam
hubungannya dengan pendidikan. Mudah-mudahan cerita ini dapat menimbulkan
inspirasi pada teman-teman dalam berhubungan dengan anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus.

Anak saya didiagnosa Crouzon Syndrome pada usia 1,5 tahun oleh seorang dokter
dari Australia (kebetulan dia punya jadwal datang ke Jakarta 2 X setahun).
Perbedaannya sudah langsung tampak sejak lahir. Perbedaan penampilan fisik ini
diiringi pula dengan gejala lain, yaitu matanya mudah lelah dan iritasi,
tidurnya ngorok, sulit menelan makanan, kurang pendengaran, gigi rapuh. Pada
tahun pertamanya fisiknya lemah dan perkembangannya lambat. Dan yang paling
bikin ibunya stress, dia sangat sensitif, mudah menangis dan mengamuk. Kalau
menangis bisa menghabiskan waktu 1 jam tanpa bisa dibujuk, hingga akhirnya
berhenti karena kelelahan.

Setelah pertemuan saya dengan dokter dari Australia itu, diputuskan untuk
dilakukan operasi (rekonstruksi tulang tengkorak kepalanya) untuk menyelamatkan
perkembangan otak dan syaraf matanya, sebab bila tidak, akan mengganggu
perkembangan mental dan penglihatannya .

Pada usia 2 tahun (1996) putri saya di operasi di Women and Children Hospital
Adelaide Australia oleh Dr. David David. Kami berada di sana selama 1 bulan.
Sejauh yang saya tahu, operasi semacam itu belum dapat dilakukan di Indonesia
saat itu.

Terus terang saya sangat terkesan dengan sistem kerja di sana, yang terstruktur
dan melibatkan satu tim yang bekerja sinergi. Bukan hanya kesehatan fisik
pasiennya saja yang diperhatikan, tetapi juga kesehatan mentalnya. Oleh karena
itu peran psikolog dan pekerja sosialnya sangat besar. Mereka juga memberikan
dukungan yang sangat positif terhadap keluarga pasien agar selalu optimis.
Kondisi ini secara tidak langsung juga mendukung pada proses pemulihan anak.

Ini merupakan satu operasi dari serangkaian operasi yang mungkin akan
dihadapinya lagi. Operasi berikutnya baru dapat dilakukan bila anak sudah
berusia remaja. Dari beberapa kasus yang saya ketahui, kasus seperti ini
membutuhkan belasan kali operasi.

Sepulang dari sana, saya diberi PR untuk penanganan anak saya selanjutnya. Putri
saya (karena kurang pendengaran) harus mengikuti terapi bicara untuk
mengembangkan kemampuan komunikasinya, terapi ini dijalani selama 2 tahun,
sempat berhenti karena kondisi sosial politik di Jakarta tidak mendukung
(kebetulan tempat terapinya di Jalan Salemba yang seringkali demo mahasiswa).
Dilanjutkan lagi dengan terapi bahasa 6 bulan sebelum masuk SD.

Selain terapi, dia juga rajin ke dokter karena sering sakit pilek (konstruksi
hidungnya membuat dia gampang sakit dan susah sembuh), rajin ke dokter gigi
karena giginya yang rapuh, gampang bolong meski rajin disikat. Dia juga pakai
kacamata prisma, karena jarak antar matanya yang terlalu jauh menyebabkan otot
matanya bekerja lebih keras untuk melihat jarak dekat (padahal dia senang sekali
membaca, menulis dan menggambar). Saya juga nggak bisa mengharapkan ia makan
banyak, karena kerongkongannya yang kecil menghambat dia makan terlalu banyak.

Untuk masalah fisik, saya tinggal mengikuti panduan dari dokter saja. Namun
untuk masalah konsep diri, sosialisasi dan pendidikannya, keluarganya harus
berperan aktif.

Saya masukkan anak saya ke Kelompok Bermain pada usia 2,5 tahun karena saya
melihat dia sangat tidak percaya diri dan dependen. Saya berharap dia memperoleh
kesempatan bersosialisasi lebih banyak. Sayangnya dia sempat ditolak karena
disangka terbelakang dan kepseknya saat itu khawatir kalau teman-temannya yang
lain akan ketakutan.

Saya sedih sekali saat itu, saya katakan kepada kepala sekolahnya, bahwa saya
tahu benar kalau anak saya tidak terbelakang, dan dia tidak akan mengganggu
teman-temannya (misalnya, memukul), tapi memang anak saya berbeda. Justru di
sini saya berharap dengan keberadaan anak saya tidak hanya menguntungkan anak
saya saja, tapi juga menguntungkan anak lain, karena anak-anak lain menjadi
tahu, bahwa tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, dan mereka juga jadi
tahu bagaimana caranya bergaul dengan teman yang memiliki kekurangan atau
keterbatasan tertentu.

Singkatnya akhirnya anak saya sekolah di situ sampai TK-B. Saya sengaja memilih
sekolah dengan kelas kecil (jumlah murid sedikit, hanya 12 orang dengan 1 orang
guru) dengan harapan perhatian guru tidak terlalu terbagi, karena dengan
keterbatasan pendengarannya, guru sering kali harus mengulang instruksi 2 sampai
3 kali pada anak saya (anak saya tidak mau pakai hearing aid karena dirasa
mengganggu).

Selama anak saya TK saya mulai hunting mencari SD yang kira-kira dapat menerima
anak saya dengan kondisinya. Menurut saya anak saya membutuhkan sekolah dengan
metode active learning, jumlah murid sedikit sehingga guru dapat menangani murid
secara individual dan yang terpenting lingkungan sekolah yang kondusif untuk
perkembangan konsep dirinya. Saya juga menghindari sekolah yang menerapkan
sistem seleksi dengan menggunakan tes kecerdasan, karena saya khawatir meski
anak saya berhasil masuk, namun akan mengalami stress karena beban belajar yang
tinggi (biasanya sekolah dengan sistem seleksi ini mengharapkan muridnya relatif
homogen untuk memudahkan penyampaian pelajaran).

Alhamdulillah saya mendapatkan sekolah yang sesuai dengan harapan. Sekolah
sangat welcome dengan anak saya (dan juga anak-anak lain yang mempunyai
kebutuhan khusus). Setelah anak saya mengikuti try out (bukan seleksi, tapi
lebih pada mengetahui sampai sejauh mana kemampuannya), saya bersama suami saya
diundang untuk berdiskusi dengan pihak sekolah.

Pertanyaan awal yang sangat menyentuh saya saat itu adalah ketika pihak sekolah
bertanya, "Apa yang Bapak dan Ibu harapkan dari sekolah untuk perkembangan putri
Bapak dan Ibu?"

Intinya, diskusi kami dengan pihak sekolah membicarakan apa saja yang akan
dilakukan oleh pihak sekolah (berkaitan dengan kebutuhan khusus anak) baik
menyangkut proses belajar mengajar di kelas, sosialisasi dengan teman dan juga
kebutuhan khusus fisiknya (harus gosok gigi setiap selesai makan, dan
sering-sering membersihkan mata), apa yang perlu dilakukan orang tua di rumah,
termasuk juga mempersiapkan kakaknya untuk menerima pertanyaan-pertanyaan dari
teman-temannya mengenai adiknya yang "berbeda". Pokoknya kami membahas segala
hal yang berpeluang menjadi masalah.

Alhamdulillah sekali lagi. Saat ini putri kami sangat bersemangat sekolah,
motivasi belajarnya sangat tinggi, terutama membaca, menulis dan menggambar.
Masih agak pasif dan pemalu, namun dia tidak menolak untuk bergaul dengan teman
yang mengajaknya.

Saya amati dengan metode active learning dan pendekatan anak secara individual
(memperlakukan anak sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak), anak saya
memperoleh perkembangan pesat dalam pemahamannya terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Di samping itu keberadaan anak-anak yang berkebutuhan khusus di
sekolah memberikan nilai tambah bagi anak-anak yang lain sehingga dapat
mengembangkan kemampuan empati terhadap temannya.

Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan orang tua yang lain, perkembangan positif ini
tidak hanya dialami anak saya tapi juga anak-anak lain, misalnya, anak Autis,
ADD, ADHD, Asperger, dan lain-lain.

Satu hal yang mungkin agak mengganggu adalah masalah biaya yang tidak sedikit.
Akibatnya tidak setiap anak dapat memperoleh kesempatan menikmati pendidikan
yang baik.

Nggak ada salahnya kalau saya mengulangi lagi, nampaknya perlu dipikirkan cara
lain agar sedapat mungkin banyak sekolah/lembaga pendidikan yang dapat
memberikan kesempatan pada anak-anak baik yang normal maupun yang memiliki
kebutuhan khusus untuk dapat berkembang optimal, baik dari segi kognitif,
afektif, maupun psikomotoriknya.

Sekian dulu

Wassalamu'alaikum WW.
http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/763

Selasa, 18 Mei 2010

Mengenalkan konsep Tuhan pada anak spesial

ubject: [Puterakembara] Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Mumpung ibu Eve 'nyenggol' cerita-cerita agama; saya juga mau tanya nich. Gimana mengajarkan konsep Tuhan pada anak kebutuhan khusus? Dan bagaimana kita tahu kalau dia sudah mulai mengenal konsep Tuhan?

Si Ruben udah hampir setahun tidak kami bawa ke Sekolah Minggu lagi. Sebelumnya dia masuk di kelas sekolah minggu untuk anak-anak TK. Kenapa kelas TK? Karena di kelas TK kegiatannya berdoa singkat, bernyanyi, mendengar cerita singkat (cuma 5-10 menit), lalu ada kegiatan mewarnai atau menempel sebelum berdoa penutup. Itupun saya perhatikan kalau gurunya sedang bercerita, Ruben nggak ngerti... dia akan mengerjakan hal-hal lain. Kalau menyanyi dengan gerakan (loncat-loncat, tepuk tangan) bisa dia ikuti.

Karena Ruben belum bisa ikut kelas seperti kelas umum (duduk mendengar pelajaran dari guru selama 1 jam), jadi dia tetap di kelas TK. Masalahnya makin lama badannya makin besar dibandingkan anak-anak lain dan dia juga mulai bosan. Kalau dimasukkan ke kelas yang lebih besar, dia nggak bisa ikuti pelajarannya karena dia belum bisa duduk dan mendengar pelajaran selama 1 jam :-(

Akhirnya kita tidak bawa dia lagi ke sekolah minggu, sampai sekarang. Padahal beberapa guru sekolah minggu suka menyarankan untuk tetap bawa Ruben hari Minggu. Rata-rata beranggapan, lebih baik ikut di kelas daripada tinggal di rumah. Tapi saya pikir nggak ada gunanya juga kalau anaknya sendiri udah bosan dan malahan nantinya mengganggu yang lain; Ruben nggak dapat manfaatnya juga kan?

Di rumah kami mengajarkan Ruben untuk berdoa sebelum makan dan sebelum

tidur. Cuma saya belum yakin bener apa dia mengerti bener-bener apa yang didoakan; jangan-jangan cuma jadi kebiasaan aja. Saya pernah tanya sesudah dia doa tidur apakah Ruben tahu kalau Yesus sayang Ruben; dijawab iya! Pernah juga saya tanya kalau Ruben berdoa, berdoa ke siapa? Dia jawab Yesus... Tapi setelah itu muncul lagi pertanyaan di hati, dia ngerti nggak ya? (apa ini cuma sok tahunya bapaknya aja?).

Ada yang punya saran bagaimana sebaiknya mengenalkan Ruben pada konsep Tuhan? Lalu (untuk yang kristen) ada yang tahu apakah ada gereja yang menyelenggarakan sekolah minggu untuk anak-anak kebutuhan khusus? Saya pernah baca di NY Times online kalau di AS ada gereja katolik yang bikin (nanti saya cari lagi link-nya deh).

salam,

-Iki

----- Original Message -----

From: IS

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] RE: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Numpang bagi cerita, Konsep Tuhan sebenarnya agak susah diperkenalkan kepada anak special need karena keterbatasan mereka yang amat sangat, tapi dgn "rutinitas" yang dilihat dan dilakukan oleh si anak tersebut akan membuat dia mengerti bahwa kenapa harus ke gereja? Nah kalau si anak special need ini sudah dibiasakan untuk ikut kegiatan sekolah minggu, maka secara tidak langsung keinginan ke acara sekolah minggu akan timbul dan itu akan menjadi hal yang menarik buat dia. Dexcel anak

saya sampai saat ini dia sdh "mulai" mengerti bahwa hari minggu adalah hari yang special buat dia, tanpa harus di prompt oleh orang rumah "Hayo dexcel mandi mau sekolah minggu" ini khusus hari minggu saja.., saya sendiri heran anak ini jadi mengerti bahwa hari minggu harus siap2 ke sekolah minggu...., Dexcel berkata "hayo pergi sekolah minggu", walaupun bahasanya kurang jelas tapi terjemahannya ya seperti itulah, maklum dia baru bisa menyebutkan beberapa konsonan dgn jelas.



Saat anak saya Dexcel mulai diikutkan dalam kegiatan sekolah minggu, awalnya memang sangat susah bahkan memakan waktu yang cukup lama tapi dgn keaneka ragaman sifat anak2 yang "diserap" disekitar dia selama SM, membuat Dexcel semakin "jinak" dan Puji Tuhan sampai saat ini Dexcel sdh "bisa" memahami kenapa haru berdoa kalau mau makan dan bobo maupun bangun pagi, bahkan kau dia mau ke berangkat Terapi dia akan menarik tangan orang rumah untuk melipat tangan dan bilang "Doa doa..doa..doa" that's the point! Kegiatan apapun baik itu yang positive or negative akan mempengaruhi perilaku anak2 kita bahkan yang special need

sekalipun....

Sebenarnya memperkenalkan suatu konsep ke anak yang special need, hampir tidak beda jauh dengan yang normal yaitu melakukannya secara berulang-ulang dalam waktu yang lebih panjang dan perlu kesabaran yang tinggi, karena akan mempengaruhi emosi kedua belah pihak apakh si anak atau si terapis.

Berapapun perubahan pada anak saya Dexcel adalah sesuatu yang sangat positive dan perlu saya selalu syukuri, dan semoga salah satu impian saya di jawab oleh Tuhan cepat atau lambat, the dream will come true!!!!, amin

Semoga bermanfaat dan maaf kalau seperti menggurui...

God Bless you and your special need child

Papa Dexcel

----- Original Message -----

From: HPU

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Pak Iki,

Jangan pernah bosan mengajarkan sesuatu yang baik kepada anak kita, lama-lama ngerti kok anak spesial kita mengenai konsep Tuhan. Yang penting diajak saja pak ke Sekolah Minggu daripada ditinggal di rumah. Saya sendiri juga masih bingung, setiap mendengar orang mengaji Dimas pasti bilang " tombo ati ( obat hati ) ". Sebenarnya dia ngerti nggak sakit hati atau berdoa itu gunanya untuk apa, tapi saya ajarkan ke dia saja. Dia kalo pas masuk kamar mandi , main-main air di kran dia selalu bilang " mau sholat ". Jadi sebaiknya Ruben diajak ke Sekolah Minggu saja pak. Kalo Gereja di Amerika , kata pak Jeff ada kok yang untuk anak autis. Di Washington kata pak Jeff ada.

Salam,

Har

----- Original Message -----

From: DH

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita



Pak, kalau pengalaman saya, Janice saya bawa ke sekolah minggu tiap minggu semenjak umur 2 thn. Janice mengerti atau tidak biarkan saja, biar dia di sana main atau apa yang penting susternya jagain supaya dia tidak mengganggu kelas tersebut.

Kebetulan Janice tipe yang suka mendengarkan cerita, jadi dia mau mendengarkan guru sekolah minggu bercerita. Entah Janice mengerti atau tidak, saya tidak terlalu peduli. Salah satu alasan juga mengapa tetap saya bawa dia ke sekolah minggu, karena saya dan istri juga mau mengikuti kebaktian. Jadi saya dan istri ikut kebaktian, Janice dan suster di sekolah minggu. Awal2 memang seperti gak ada gunanya, tapi saya pikir gak apalah biar dia makin sering bertemu anak2 lain, yang penting gak merugikan. Sekaang ini, Janice sudah bisa (kadang juga gak bisa) menceritakan apa yang diceritakan di sekolah minggu, dan kita juga selalu memberitahu Janice bahwa Tuhan sayang sama Janice dan setiap kali Janice sakit, Tuhan lah yang menyembuhkan Janice.

Saya lupa kapan yah saya mulai mengajak Janice berdoa setiap malam sebelum tidur? Tapi tanpa disadari, kemungkinan terbesar Janice bisa tidur dengan nyenyak dan gak bangun2 lagi tengah malam adalah karena Kuasa Tuhan lewat doa2 kita sebelum tidur.

Saya pikir sih nggak perlu terlalu ambil pusing si anak mengerti atau tidak, kita terus mengajarkan saja. Saya yakin suatu waktu mereka akan mengerti.(Kuasa Tuhan siapa yang tau?)

Sekarang Janice sudah lancar berdoa tiap malam sebelum tidur. Saya pun gak yakin dia mengerti 100% apa yang dia ucapkan dalam doa, tapi...... setiap kali berdoa, Janice makin jelas kata2-nya dan saya merasa dia makin mengerti apa yang dia ucapkan dalam doa itu.

Saran saya sih Pak, jangan bosan2 ajarin Ruben tentang Tuhan karena mukjizat dari Tuhan bekerja secara misterius, kita hanya harus percaya saja.

Regards

Da

----- Original Message -----

From: AH

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Saya sangat setuju dengan pak Dav dan pak Har dan salam juga untuk pak Iki dan semua rekan milis keluarga besar putrakembara.

Memang anak anak yang belum akil baliq (usia akil baliq 12 tahun) iman kepercayaannya itu diwalikan kepada orang tuanya, jadi iman orang tuanya sangat berpengaruh kepada anak. Oleh karena itu peran orang tua sangat dominan dalam membentuk kerohanian anak, teladan dan ketaatan orang tua dalam beribadah sangat sangat mempengaruhi pertumbuhan rohani seorang anak.

Jadi didiklah anak anak kita Takut Akan Tuhan sejak masa kecil sesuai iman kita,sehingga konsep mengenal Tuhan akan bertumbuh. Caranya seperti kita menanam sesuatu benih ditanah, kita pupuk terus, kita sirami air saya yakin pasti tumbuh, kalau kita tidak pernah tanam kapan tumbuhnya setuju ya Bpk Bpk ibu Ibu, bukan menguruin lho ......tapi ilustrasi ini bisa dibuktikan toh tanpa harus menghadirkan seorang pakar pertanian he he he..

Walaupun anak kelihatannya belum mengerti ngak apa apa kalau sekolah minggu ya bawa aja toh dimana kita berkumpul bersekutu dengan Tuhan pasti ada hadiratNYA, ada firman Tuhan yang ditaburkan walaupun dalam bentuk cerita itu akan menumbuhkan iman, sebab setiap firman Tuhan ada kuasa.

Seperti kita tidak pernah melihat proses tumbuhnya akar saat satu biji buah yang kita tanam ke tanah karena proses tumbuhnya didalam tanah berapa lama kemudian tahu tahu nongol ke atas permukaan tanah pucuk bekal pohon tersebut,ajaib bukan dan yang jelas saat kita tanam biji mangga pasti tumbuh mangga,saat kita tanam benih padi pasti tumbuh padi tidak mungkin tanam ini tumbuh itu.

Saat pohon itu masih kecil biasa kita pagari kita pupuk tujuannya supaya benih yang baru tumbuh itu tidak mati kehimpit yang lain, itulah masa akilbaliq pohon itu sampai bisa berbuah.

Terima kasih Tuhan kiranya memberkati setiap kita umatNYA yang setia dan mengajarkan anak anak kita yang sesungguhnya adalah titipanNYA untuk selalu mengenal kasih dan kuasaNYA .amin

salam kasih

Papa Yansen

----- Original Message -----

From: EH

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] RE: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Mirip dgn Dexcel, anak saya sejak bayi (kalo ini ngga terlambat), sdh dibawa ke gereja dan setelah besar akhirnya minta sendiri, setiap hr Minggu pasti bilang :

Gereja? Lalu masuk kamar mandi, minta mandi... Semacam biological clock/ jam biologis bagi dia, "wah rasanya skrg hari Minggu..." -> Kadang, tanggal merah juga dia tanya : gereja? Km jwb : ngga, hari ini tdk.

Cara mengenalkan konsep Tuhan mungkin dari yg termudah : memanfaatkan

apa yg sudah ada (kaset lagu rohani, film rohani -> diperdengarkan, diperlihatkan scr rutin, misal pd saat main di rmh, selain film/lagu anak yg umum).... Lalu ya itu, malam kalau mau tidur, siang juga bisa : dibacakan cerita agama, yg singkat2 saja. Kalo Minggu ikut sekolah minggu, kalo anak pak Iki sy taksir msh bisa mengikuti drpd anak sy (jd ngeganggu konsentrasi yg lain).

Oya, berdoa... spt bu LM kmrn bilang, dgn bahasa anak kecil...

Juga yg penting (pernah koq ada di Kompas) ajarkan anak kita menghargai keindahan ciptaan Tuhan (bawa jalan2, melihat / menyentuh) bunga, dedaunan, pohon, langit, awan, .. & menghargai orang/anak lain. Yang jangan sampe terjadi adlh : kita terperangkap dgn mengajari mrk "Ritual"nya, hafalan2 doa, bukan Inti ajarannya. -> Yg spt itu hanya mengasah otak kiri -> Bahaya -> Bnyk kasus anak yg kontradiktif, tawuran iya, nyontek iya, mencuri iya, tapi berdoa iya, sembahyang iya... krn bagi dia, terpisah antara hafal doa, dgn pengamalannya...

Ini kita msh sama2 belajar lho, bukan berarti anak sy lbh pinter. Mungkin yg lain mau nambahin...

Salam, mama Gerard.

----- Original Message -----

From: Dwi P

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Kalau saya mengenalkan konsep ketuhanan adalah dengan menggunakan contoh. Jadi biasanya anak saya Tita, malah yang kecil Echa sudah mau ngikutin. Karena mereka lihat ayahnya ibunya shalat lima waktu. Biasanya Tita ganggu ibunya kalau lagi shalat, setelah itu minta dipakaikan mukena sambil berlarian ke sana kemari. Kalau Echa, sering ngikutin di samping ketika angkat dua tangan, sidakep, sujud dllnya.

Demikian sekedar berbagi pengalaman.

Dwi

----- Original Message -----

From: WW

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Ikutan nimbrung ya..,

anak saya, Gilang F. Dharana, sudah mulai saya perkenalkan mengenai agama sejak di TK B dan kebetulan saat itu perkembangannya sudah sangat banyak kemajuan. Saya memperkenalkan dengan memberikan contoh, kalau tiba waktu sholat saya akan bilang kepada dia dan dia akan melihat saya atau Bapaknya menjalankan sholat. Begitu juga ketika hari lebaran Idhul Fitri maupun Idhul Adha, Gilang kami ajak ke mesjid untuk menjalankan ibadah sholat Id.

Mulai diajarkan ngaji sejak kelas 1 SD, kebetulan di sekolah juga sudah mulai diperkenalkan huruf-huruf Arab dan di rumah saya panggil guru ngaji. Semuanya saya ajarkan tidak dengan memaksa karena saya tahu keterbatasannya.

Sekarang setelah duduk di kelas 3, alhamdulillah sudah lebih mengerti hal-hal yang agak abstrak dan di sekolah juga diajarkan sholat dhuhur berjamaah tetapi di rumah masih belum mau menjalankan sholat, (Ya.. untuk saat ini tidak apa2, saya tidak maksa cukup memberi contoh saja)

salam,

mamanya Gilang

----- Original Message -----

From: AA

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Saya juga mau sharing, waktu pertama mulai kebuka bicara, Harits semangatnya kalo disuruh baca Al Fatihaah.Sekarang udah hapal doa makan, doa tidur, walaupun u e o nya masih belum jelas. U nya kan lebih sering jadi i. Sholat juga ikutan, tapi masih suka lari-lari. Suerr waktu dia semangat niruin ngaji itu, saya dan bapaknya terheran-heran, ampe sekarang... Konsep Tuhan emang susah, tapi terapi rohani mungkin belum ada yang nyoba ya? Yang ada kan kalo dibawa ke orang pinter gitu trus diterapi pake doa doa dsb.

Aan

----- Original Message -----

From: LM

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Ternyata rekan milis ini bukan hanya canggih dalam terapi anak, tapi juga dalam membimbing Rohani anak. smile

Memang dalam mengajarkan konsep Tuhan pada anak-anak (entah itu anak spesial atau tidak, entah itu agama apapun) prinsipnya sama, harus sabar dan "mengalir".....

Jadi pelan2 ajah..... Yang penting kewajiban kita sebagai orang tua adalah menciptakan dulu suasana kasih dan damai dalam keluarga, kalau kata umat Muslim mah keluarga Sakinah yah.....

Terus jangan lupa juga berdoa, agar Tuhan senantiasa menyertai kita dalam membimbing anak-anak yang merupakan titipanNya juga.

Salam,

LM

----- Original Message -----

From: DP

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] Re: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Dalam berbagai seminar saya sering ditanya mengenai "bagaimana mengajarkan konsep agama, religi dan Tuhan kepada anak berkebutuhan khusus".

Biasanya saya akan bertanya kembali kepada audience, "kita, yang katanya adalah individu normal, umur berapa benar-benar paham urusan religi dan ketuhanan?? Bukankah pada awalnya semua diawali dengan rutinitas, kewajiban, paksaan....sampai pada akhirnya kita cukup 'matang' secara emosional dan spiritual untuk memahami makna berbagai ritual dan kewajiban tersebut?" (bahkan ada juga yang menjalankan ritual sampai dewasa tapi tidak sesungguhnya memahami makna kok!).

Jadi, aku sih, pede aje.

Maksudnya, boleh terus mengajarkan sesuai kemampuan anak. Bagi yang mampu sholat atau berdoa sesuai ajaran masing-masing, silakan. Bagi yang tidak mampu, jangan berkecil hati.

Bukankah anak-anak ini ciptaan Tuhan? Bukankah mereka ini sekedar titipan? Bukankah Tuhan tahu seberapa kapasitas ciptaanNya tersebut?

Usaha jalan terus, tapi ujung perjuangan seperti apa...lillahi ta'ala dong... Kita-kita juga, apapun yang kita lakukan, judgment akhir apakah benar atau salah ada di tangan Tuhan juga.

Salam,

Ita-nya Ikhsan

NB: kalau saya dan beberapa teman selalu bercanda mengatakan "anak-anak kami sih pastinya masuk surga karena mereka innocent...kita-nya yang belum tentu!" he..he..he..

----- Original Message -----

From: FR

To: peduli-autis

Subject: [Puterakembara] RE: Mengenalkan konsep Tuhan pada anak khusus kita

Terimakasih untuk semua saran dari ibu-ibu (ibu Wina, ibu Ita, ibu Leny, ibu Eveline) & bapak-bapak (pak Irfan, pak Haryanto, pak David, pak Anton, pak Dwinu, pak Aan) mengenai mengenalkan konsep Tuhan ini.

Kesimpulannya, yang saya tangkap, mulai dengan membiasakan anak menjalankan ibadah ya? (sekolah minggu, ngaji, sholat, berdoa, menyanyi). Masalah dia ngerti atau belum, itu belakangan... dan dari pengalaman-pengalaman beberapa ortu, kelihatannya anak pada akhirnya akan mengerti juga konsep Tuhan ya.

-iki


http://puterakembara.org/archives/00000207.shtml

Kejam, Ribuan Anak Cacat Kehilangan Hak

Banda Aceh-Lupa atau memang sengaja tidak dianggarkan, program pendidikan khusus bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak-anak cacat. Jika memang disengaja, berarti ribuan anak cacat di Aceh akan diterlantarkan begitu saja tanpa pendidikan. Kejam sekali.

Oleh karenanya, puluhan Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) mulai dari tingkat SD hingga SMA se-Provinsi Aceh, Kamis (4/2), mendatangi Gedung DPR Aceh. Maksud kedatangan mereka guna mempertanyakan ketidak tersediaan anggaran tersebut pada tahun 2010.

"Jika Pemerintah tidak lagi mengalokasikan anggaran pada tahun ini, maka Sekolah terancam tutup. dan pendidikan bagi anak cacat tidak dapat diselenggarakan kembali karena ketiadaan dana untuk operasional," kata Koordinator Perhimpunan Kepala Sekolah SDLB/SMPLB/SMALB dan SLB se - Aceh, Muttaqin Spd Mpd, sekaligus Kepala sekolah SLBN Aceh Tamiang.

Muttaqin mengatakan, para kepala sekolah ingin mengetahui kepastian tentang keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan sekolah khusus bagi penyandang cacat ini, kepada DPR A, karena kabarnya belum tersedianya anggaran dari pemerintah Aceh untuk tahun 2010. Sehingga memaksa Kelompok Kerja (Pokja) Badan Anggaran DPRA melakukan pembahasan ulang rincian kegiatan anggran (RKA).

Bukan hanya sekolah yang terancam tutup, kata dia, akibat ketidak tersediaan anggaran tersebut, masa depan Seribuan lebih anak - anak dengan kebutuhan khusus tersebut akan semakin suram, dan tidak lagi mendapatkan hak untuk menikmati pendidikan layak seperti siswa normal lainnya.

"Operasional sekolah, dan gaji guru selama ini sangat tergantung pada anggaran itu, karena disekolah selama ini memang tidak dikutip iuran. Pemerintah Aceh harus memperhatikan itu," harapnya.

Kepala sekolah SMPLB Bukesra Banda Aceh, Munawarman, menambahkan, pihaknya meminta eksekutif dan legislatif untuk menganggarkan kembali dana yang telah dianggarkan seperti tahun - tahun sebelumnya,pada tahun 2010 ini.

"Siswa tuna netra, tuna rungu, tuna grahita dan tuna daksa, terancam tidak mendapatkan pendidikan layak, karena anggaran tahun ini tidak tersedia, kita minta pemerintah dapat memperhatikannya seperti sebelumnya," ujarnya.

Tahun lalu, kata dia, setiap sekolah luar biasa biasanya dialokasikan anggaran oleh Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan yaitu, bagi intensif guru dan gaji guru Honorer dalam satu tahun dianggarkan Rp 10 juta, operasional sekolah Rp 5 Juta/pertahun dan uang makan siswa yang diasramakan yang jumlahnya bervariasi tergantung jumlah siswa.

"Kita Minta Dana operasional sekolah, dana insentif guru, dan dana siswa di asrama untuk dianggarkan kembali seperti tahun sebelumnya. Jika anggaran tidak tersedia, maka sekolah terancam tutup," demikian ujarnya.

Sementara itu, para anggota DPRA dari komisi E yang membidangi masalah pendidikan, Sains dan tehnologi, saat menerima para kepala sekolah menyatakan akan memperjuangkan apa yang menjadi tuntutan para kepala sekolah serta keberlangsungan pendidikan bagi siswa/siswi penyandang cacat. (slm)

http://www.rakyataceh.com/index.php?open=view&newsid=15267&tit=BANDA%20ACEH%20-%20%20Kejam,%20Ribuan%20Anak%20Cacat%20Kehilangan%20Hak

Anak dengan Kebutuhan Khusus

Anak dengan Kebutuhan KhususMana istilah yang tepat: anak autis atau anak dengan autisme? Belakangan istilah anak dengan autisme lebih dianjurkan karena itu mengindikasikan seorang anak yang memiliki gangguan autisme. Berbeda dengan istilah anak autis yang seolah-olah menjadikan autis sebagai sifat yang dimiliki anak tersebut. Tetapi, ada istilah yang lebih tepat lagi, yakni anak dengan kebutuhan khusus (special needs).

Memang, autisme itu merupakan gangguan perkembangan pada anak-anak yang gejalanya telah terlihat sebelum berumur tiga tahun. Ada tiga perkembangan yang umumnya terganggu akibat autisme ini, yakni komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

Kualitas komunikasi anak dengan kebutuhan khusus cenderung tidak normal. Hal tersebut terlihat dengan:

* Perkembangan berbicara yang terlambat, bahkan tidak berkembang sama sekali.
* Tidak berkomunikasi melalui gerak badan atau mimik muka sebagai usaha menutupi kekurangan kemampuan berbicara.
* Tidak mampu memulai pembicaraan atau mempertahankan alur pembicaraan dua arah.
* Kerap menggunakan kata-kata yang tidak lazim atau mengulangi kata-kata yang sama.
* Biasanya memilih permainan yang kurang variatif karena tidak mampu untuk bermain secara imajinatif.

Anak dengan kebutuhan khusus juga memiliki gangguan dalam kualitas interaksi sosial. Mereka akan:

* Gagal untuk bertatap mata, tidak menunjukkan ekspresi di wajah maupun gerak tubuh.
* Gagal membina hubungan sosial dengan teman seumurannya.
* Tidak mampu berempati atau membaca emosi orang lain.
* Tidak memiliki spontanitas dalam mencari teman, berbagi kesenangan, atau melakukan sesuatu bersama-sama.

Perilaku, aktivitas, dan minat anak dengan kebutuhan khusus juga sangat terbatas, bahkan sering melakukan suatu aktivitas tertentu secara berulang-ulang. Biasanya anak dengan kebutuhan khusus akan:

* Melakukan suatu pola perilaku yang tidak normal, bahkan sampai berjam-jam, misalnya duduk di pojok sambil mempermainkan pasir dengan cara yang sama.
* Mempertahankan suatu rutinitas yang tidak boleh diubah. Misalnya, sebelum tidur, harus cuci kaki dulu, menyikat gigi, memakai piyama, menggosokkan kaki di keset, lalu naik ke tempat tidur. Bila urutan rutinitas itu diubah atau salah satu aktivitas tidak dilakukan, maka seorang anak dengan autisme akan merasa sangat terganggu, lalu menangis sambil berteriak meminta rutinitas tersebut diulang dari awal.
* Kerap mengulangi suatu gerakan yang aneh, misalnya mengepak-ngepakkan lengan, menggerak-gerakkan jari dengan cara tertentu, atau mengetok-ngetok sesuatu.

Selain gangguan pada komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku, seorang anak dengan kebutuhan khusus juga kerap menunjukkan emosi yang tidak wajar, misalnya mengamuk tanpa kendali, tertawa dan menangis tanpa sebab, serta memiliki rasa takut yang tidak beralasan. Anak dengan kebutuhan khusus juga menampilkan gejala gangguan sensoris, seperti mencium-cium atau menggigit suatu benda sebagai cara untuk mengenali benda tersebut. Ia juga tidak suka dan menunjukkan penolakan bila dipeluk atau dielus.

Sebagai orangtua, apa yang Anda lakukan bila anak Anda tergolong berkebutuhan khusus? Berikut ini anjuran yang selalu diberikan kepada orang tua dengan kondisi seperti itu.

* Anak dengan Kebutuhan KhususHargai, cintai, dan belajarlah dari anak Anda. Jangan memaksa anak Anda untuk segera mengatasi kekurangannya. Tidak perlu merasa malu dengan kondisinya, karena autisme bukan sesuatu yang memalukan, bukan penyakit, dan tidak akan menular. Tetapi, yang terutama adalah memastikan bahwa anak Anda dapat merasakan kasih sayang Anda.
* Pelajari mengenai autisme, baik dari buku, seminar, dokter, atau orang lain yang memiliki pengalaman yang sama.
* Pelajari berbagai terapi autisme. Cari tahu terapi yang tepat untuk anak Anda, karena tidak semua terapi cocok untuk semua penderita.
* Carilah bantuan dan nasihat, lalu pilihlah mana yang cocok untuk anak Anda dan Anda sendiri. Misalnya, carilah sekolah yang mau menerima anak Anda dan berkolaborasilah dengan gurunya untuk dapat memenuhi kebutuhan khusus anak Anda.
* Tetap sabar dan bersikap positif karena banyak anak-anak dengan gejala autisme berat ternyata bisa berkembang dengan sangat baik. Pahamilah bahwa Anda sedang menjalani suatu proses yang sangat panjang.
* Bantu anak Anda dalam mengembangkan kemampuan dan minatnya. Bila si anak terlihat berbakat musik, maka Anda harus membantu mengarahkan anak Anda untuk mengembangkan kemampuan seninya.
* Carilah terapis yang terbaik, karena terapis yang tidak tepat hanya akan membuat anak Anda semakin stress.
* Perbaiki diet anak Anda dengan cara mencatat makanan dan perilaku hariannya. Dalam beberapa bulan Anda akan menemukan pola makanan mana yang membuat anak Anda menjadi agresif dan pemarah, karena anak dengan kebutuhan khusus cenderung memiliki alergi pada beberapa jenis makanan. Bila polanya sudah terlihat, maka hilangkan makanan-makanan tersebut dari diet anak Anda. Mengonsumsi suplemen HD Honeybee PollenS bisa dijadikan sebagai pilihan karena autisme berkaitan dengan ketidaknormalan pertumbuhan neuron. HD Honeybee PollenS diformulasikan khusus untuk anak-anak dan bermanfaat membantu perkembangan otak, tubuh sekaligus meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak. Tetap berkonsultasi dengan dokter atau terapis anak Anda karena bisa saja anak Anda memiliki alergi terhadap produk perlebahan.

http://www.hd.co.id/info-kesehatan/anak-dengan-kebutuhan-khusus

Kasus Autisme

Peter minun susu dengan bersemangat, duduk dan berjalan pada usia yang sesuai. Namun sebagian perilakunya merasa membuat kami tidak nyaman, Ia tidak pernah memasukkan apapun kedalam mulutnya,. Tidak jarinya, tidak mainannya, tidak apapun juga…

Lebih mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa Peter tidak memandang kami, atau tersenyum dan Ikut dalam permainan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari masa bayi seperti halnya popok. Ia jarang tertawa, dan jika Ia melakukannya, Itu disebabkan oleh hal-hal yang tidak lucu bagi kami. Ia tidak suka memeluk, tetapi duduk tegak dipangkuan saya. Bahkan ketika saya mengayunnya. Tetapi setiap anak beda dan kami senang membiarkan peter menjadi dirinya sendiri. Kami pikit merupakan hal yang lucu ketika saudara laki-laki saya berkunjung ketika Peter berusia 8 bulan., dan Ia mengatakan “Anak ini tidak memiliki insting social sama sekali.” Walaupun Peter anak pertama, Ia tidak terisolasi. Saya sering menaruh tempat bermainnya di depan rumah dimana anak-anak sekolah akan berhenti dan bermain dengannya saat mereka melewati rumah. Ia tidak mengacuhkan mereka juga.

Kitty, anak yang berkarakter, yang lahir 2 tahun kemudian, responsivitasnya menekankan adanya perbedaan pada Peter. Bila saya pergi ke kamar Kitty untuk menyusuinya pada Malam hari, kepala kecilnya akan menyembul dan Ia menyapa saya dengan senyum dari kepala hingga kakinya. Dan kesadaran akan perbedaan itu membuatku merasa beku, lebih dari kamar yang dingin.

Ocehan Peter tidak berubah menjadi bahasa sampai usianya mencapai 3 tahun. Ia bermain secara soliter dan repetitive. Ia merobek kertas menjadi bagian-bagian tiis yang jumlahnya berkeranjang-keranjang setiap harinya. Ia memutar tutup toples dan menjadi kesal ketika kami mencoba mengalihkannya. Hanya kadang-kadang saja saya mendapat kontak matanya, tetapi kemudian saya melihat fokusnya berubah dari mata saya menuju bayangan pada kacamata saya.

Petualangan Peter dilinkungan tetangga pinggiran kota kami tidak menggembirakan. Dia tidak mengikui aturan-aturan umum bahwa pasir harus dimainkan dikotak pasir, dan anak-anak memberi hukuman padanya. Ia tampak seperti sosok yang sedih dan sendirian, selalu membawa mainan kapal terbang yang tidak pernah dimainkannya. Pada saat itu, saya belum mendengar kata yang mendominasi pada kehidupan kami, yang selalu diucapkan pada percakapan, dan yang duduk bersama pada setiap acara makan. Kata itu Autisme.

Sumber : Diadaptasi dari Eberhardy, 1967
Jeffrey, Spencer, Beverly. 2003. Psikologi Abnormal. Erlangga : Jakarta.

Kasus Anak Autis

Kasus Erick (Anak Autis)


“Orang-orang sering mengatakan kepada saya bahwa mereka ingin sekali memiliki anak seperti anak saya,” Sarah bercerita tentang Erick, 3 tahun pada saat itu. Ketika masih bayi, Erick memiliki senyum yang menawan, tertawa dan suka memeluk. Ia sudah mengucapkan puluhan kata pada ulang tahunnya yang pertama. Ketika berusia 16 bulan ia sudah dapat menghafal huruf abjad dan dapat membaca beberapa tanda. “ Orang-orang amat kagum,” kata Sarah.
Secara Bertahap, terjadi perubahan, tetapi butuh waktu berbulan-bulan sampai akhirya Sarah menyadari bahwa Erick memiliki masalah. Ketika ia berusia 2 tahun, teman-teman di taman bermainnya sudah dapat bercakap-cakap. Erick tidak mengungkapkan kata-kata sama sekali. Sebaliknya Erick menggabungkan angka-angka dan huruf-huruf secara tidak lazim, misalnya “B-T-2-4-6-Z-3.”
Erick menjadi semakin menarik diri. Makanan yang disukainya terbatas pada selai kacang dan roti lapis jelly. Ia menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menyusun huruf-huruf dan angka-angka pada papan bermagnet. Tetapi, “simtom” yang membuat Sarah tertekan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur : bila ia memandang mata Erick, ia tidak lagi melihat mata Erick “bersinar.”

Sumber : Jeffrey, Spencer, Beverly. 2003. Psikologi Abnormal. Erlangga : Jakarta.
Diadaptasi dari Martin, 1989

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Orang tua mana yang tidak ingin anak yang sempurna? Cerdas, aktif, gembira, santun dan sempurna penampilannya. Kenyataannya saat ini banyak sekali kasus anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Sebelum mulai membahas tentang anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) ini, sebaiknya dimengerti dulu maksud dari istilah tersebut. Seorang pemerhati masalah anak-anak berkebutuhan khusus, Julia Van Tiel, memberikan definisi tentang ABK.
ABK adalah anak-anak yang untuk memperoleh perkembangan memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya.

Fenomena meningkatnya jumlah anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia, terutama anak-anak dengan spectrum autis (atau autistic spectrum disorder) dan anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan umum lainnya, yaitu keterlambatan bicara, gangguan belajar, gangguan perilaku (hiperaktif dan hipoaktif), down syndrome, cerebral palsy, dan sebagainya, menimbulkan keprihatinan yang mendalam dari sejumlah profesional medis, psikologi, orang tua dan para pemerhati masalah anak.

Kesulitan utama perbaikan penanganan anak-anak berkebutuhan khusus ini adalah mengenai Informasi dan kesulitan mendiagnosa para penderitanya. Agar lebih maksimal memang sebaiknya penanganan dilakukan sejak usia sangat dini, sayangnya kesalahan diagnosa sering justru menyebabkan anak-anak itu mengalami kemunduran.
Contoh kesalaahan diagnosa banyak diceritakan dalam tulisan-tulisan para pemerhati masalah ini.

Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder (ASD). Berikut adalah beberapa penggolongan anak-anak yang dianggap memiliki kebutuhan khusus. Penggolongan ini tidak bertujuan mengkotak-kotakkan atau memberi label pada anak-anak itu, tapi lebih bertujuan untuk mempermudah mendiagnosa dan menentukan penanganan khusus yang mereka butuhkan. Sekali lagi, mereka anak-anak biasa yang kemungkinan perkembangan dan potensinya masih sangat terbuka.

1. Autistic Disorder
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

2. Asperger Disorder
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme.

Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada grade rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin, menghapal bagian bagian kendaraan bermotor dsb.

3. Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.

4. Childhood Disintegrative Disorder.
Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.

5. Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)
Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.

Sekali lagi penggolongan diatas adalah hanya untuk kepentingan penanganan medis. Pada dasarnya perkembangan setiap anak berbeda-beda. kebutuhannya juga spesial dan berbeda. Dua orang anak yang memiliki sindrom yang sama, pasti memiliki perkembangan yang berbeda dan tingkatan yang berbeda.

Selain penggolongan di atas, ada juga anak-anak berkebutuhan khusus lain dan sering di salah kaprahkan dengan anak-anak Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder. diantaranya adalah :

1. Child with developmental Impairement
Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation). Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinyapun tidak mengalami gangguan.hanyak saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.

2. Child with specific learning disability
Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar. Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Masing-masing anak memiliki gejala dan kendala berbeda yang membuat mereka memiliki kesulitan belajar, tapi biasanyaada persamaan gejala: Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.
Anak-anak dengan learning dissability sebenarnya tidak bodoh, mereka punya kemampuan tinggi di satu bidang, tapi kendala mereka menyebabkan mereka membutuhkan penanganan khusus untuk mencapai kemampuan tersebut.

3. Child with emotional or behavioral disorder
Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat seperti ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).
Mereka harus dibantu memecahkan masalahnya agar emosinya bisa disesuaikan seperti anak-anak lainnya.

4. Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf. Anak-anak ini mengalami kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi cukup lama untuk menyelesaikan tugas mereka.

5. Down Syndrom
Anak down syndrom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.

Selain penggolongan diatas juga ada anak-anak dengan kekurangan pada indra atau anggota tubuhnya, yang populer disebut anak cacat -walaupun saya sendiri memilih untuk menyebutnya anak-anak dengan kekurangan fisik. kekurangan tersebut

1. Child with communication disorder and deafness
Lebih popular dengan istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya indra pendengaran sebagaian/keseluruhan. Terkadang ada juga yang pendengarannya tidak mampu mendengar suara dengan frekuensi atau modulasi spesifik.

2. Child with partially seeing and legally blind
Anak tunagrahita dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki indra ke-enam. Hal ini mengacu kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunagrahita mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya.

Selain kategori diatas, ada juga kategori anak lain yang sebenarnya lebih bersifat kelebihan daripada kekurangan. Kategori tersebut adalah :

1. Gifted Children
dalam berbagai literatur sering disebutkan bahwa yang termasuk gifted children adalah anak-anak yang: a. Memiliki skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument Stanford Binet (general intellectual ability).
b. Mempunyai problem solving, kreatifitas tinggi dan produktif.
c. Memiliki keunggulan dibidang akademik/ seni/ sastra/ verbal/ estetika/ sport/ sosial.
d. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang teliti dan visioner.
dan seterusnya. Sebenarnya segala kelebihan itu bukan satu-satunya ciri anak gifted. anak-anak berbakat seringkali justru menjadi anak-anak yang sukar dimengerti, susah diatur, keras kepala, terlalu eksploratif, bahkan ada yang mengalami gejala telat bicara. Mereka butuh dimengerti, karena bakat mereka membuat mereka punya kemampuan dan cara berbeda untuk belajar dan mengembangkan diri. Dalam beberapa kasus, anak-anak berbakat sering disalah golongkan menjadi anak Hiperaktif, anak Autis
bahkan - seperti dalam kasus Albert Einstein - ia dikategorikan sebagai idiot oleh guru sekolah dasarnya, dan disarankan untuk keluar sekolah normal. Kesalahan penggolongan itu bisa sangat membahayakan masa depan anak jika tidak diperbaiki. Anak anak ini termasuk anak spesial, yang membutuhkan penanganan spesial untuk mengeluarkan potensinya.

2. Indigo Children
Anak-anak Indigo dilahirkan dengan kelebihan diluar nalar manusia. Beberapa bisa berkomunikasi dengan mahluk gaib, lainnya memiliki kemampuan intuisi yang kuat, terkadang mampu memprediksi sesuatu sebelum terjadi, meramalkan sesuatu yang bersifat futuristik yang mungkin beberapa waktu (tahun/abad) baru diketahui orang normal. perkembangan anak-anak ini sulit dinalar orang tua, karena biasanya mereka mengalami pengalaman berupa penglihatan, pendengaran atau pengetahuan yang hanya akan dianggap khayalan, halusinasi atau sesuatu yang dianggap hanya karangan oleh orang tua mereka sendiri. Banyak aak-anak indigo yang berakhir di rumah sakit jiwa atau psikiater mental karena ketidak mengertian orang tua, apalagi di daerah yang penduduknya kurang percaya hal-hal diluar nalar.

Semoga tulisan diatas bisa berguna bagi para pembaca. Saya hanya ingin mengingatkan para orang tua agar percaya pada perkembangan dan potensi anak, seperti apapun kondisinya. Sudah banyak contoh, anak-anak spesial pun bisa berprestasi dan menghasilkan sesuatu yang hebat jika diberikan kebutuhan khusus mereka. Memang akan menjadi perjuangan yang berat dan panjang bagi para orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, tapi mudah-mudahan dengan berbagi beban itu bisa terasa lebih ringan.

Disarikan dari berbagai tulisan.
oleh: ayahnya Radit


http://ceritaradit.blogspot.com/2009_10_01_archive.html

Diet anak Special Needs

Berdiet dengan Senang, Untuk Anak spesial
Posted by anakspesial, Published on 20 Agustus 2009

Dalam beberapa pertemuan de­ngan komunitas orang tua anak ber­kebutuhan khusus di Jakarta, ternyata diit merupakan salah satu hal yang menjadi topik menarik. Mengapa de­mikian?. Karena selama ini banyak sekali je­nis dan permasalahan yang ada pada anak ber­kebutuhan khusus. Selain itu, banyak orang tua yang melakukannya dengan me­raba-raba tanpa panduan dokter atau ahli gizi.

Banyak kata-kata yang me­nge­­sankan ke­putusasaan yang dilontarkan oleh pa­­ra orang tua, seperti “Anak sa­­ya ha­rus ber­diit?”, “Aduh re­­pot sekali ya!”, “Apa saya mampu me­lak­sa­nakannya?”, “Sampai be­ra­pa la­ma ini ha­rus di­­la­ku­kan?”, diet“Kemana sa­­ya harus ber­­kon­sul­ta­si jika ada per­ma­salahan?”.
Mengapa kata-kata diatas se­­lalu ter­lon­tar?. Karena bagi se­­­bagian besar ma­­syarakat di In­donesia, diit masih me­ru­­­pa­­kan hal yang “istimewa” dan ma­sih me­ru­pakan be­ban yang sa­ngat berat. Ba­nyak aturan. Ini tidak boleh, itu tidak boleh, harus be­gini, harus begitu.
Apakah benar diit me­re­pot­kan?. Apa sih diit itu?. Diit ada­lah pengaturan ma­­ka­nan se­suai dengan keadaan dan ke­­bu­tu­han seseorang, agar di­per­oleh tingkat ke­sehatan yang optimal. Apa­bila kita li­­hat definisi diatas, se­be­narnya berdiit itu bu­kanlah hal yang “istimewa”, karena se­ha­rus­­nya dila­kukan oleh semua orang yang meng­­­inginkan kesehatannya optimal. Bu­­­kan­­kah kita semua ingin memiliki kese­hat­an yang optimal?.
Kembali pada anak berkebutuhan khu­­­sus. Ada beberapa kiat yang da­pat dila­ku­kan orang tua agar pe­nye­leng­ga­raan di­it tidak menjadi beban dan anak dapat ber­­di­it dengan senang, yaitu:

1. Memahami tujuan diit.
Tujuan diit harus dipahami dengan be­­nar oleh orang tua, anak dan se­­luruh angg­ota keluarga. Hal ini me­ru­pakan lang­kah awal yang sangat pen­ting, karena de­ngan dipahaminya tu­juan diit, akan tim­bul motivasi yang kuat dari orang tua, anak dan se­luruh angota keluarga untuk da­pat men­du­kung dan melaksanakan di­it yang ada. Dengan ini, diharapkan diit da­pat di­laksanakan dengan benar dan ber­ke­si­nambungan.
Tujuan diit ada 2 macam, yaitu:
a. Tujuan jangka pendek, untuk mem­per­ba­­iki keadaan yang sifatnya se­men­tara dan cepat.
b. Tujuan jangka panjang, merupakan ke­lan­­jutan tujuan jangka pendek. Untuk mem­perbaiki kebiasaan ma­kan, agar diperoleh tingkat ke­se­ha­t­an yang op­timal.

2. Menerima dan menyayangi diri apa adanya.
Hal ini berlaku untuk anak, orang tua dan keluarga. Menerima artinya ikh­las dan ber­besar hati akan semua ke­adaan yang di­karuniakan Allah pa­­da­nya. Bersyukur ke­pa­da Allah kare­na masih banyak orang yang lebih su­sah darinya. Menyayangi ar­ti­nya ber­ke­inginan untuk terus menerus mem­per­ba­iki diri kearah yang lebih baik. Se­lalu ber­pola hidup positip, baik dalam hal pikiran maupun tingkah laku.
Dengan keadaan ini diharapkan har­ga di­ri dan martabat anak akan ter­ben­tuk dan anak tidak merasa menjadi anak yang “is­timewa”, anak menjadi le­bih mandiri, berani dan terbuka. Yang paling penting, anak akan berani me­nge­­mukakan masalah-ma­sa­lah­nya ser­­­ta belajar untuk berinteraksi de­ngan lingkungannya. Keadaan ini akan mem­­­bentuk ko­mu­ni­kasi yang baik an­tara anak, orang tua dan ke­luarga. Ke­semuanya ini akan membuat anak, orang tua dan ke­luar­­ga dapat dengan te­­nang dan senang men­­jalani apa yang ha­rus dilakukannya, ter­­masuk da­lam hal ini berdiit.

3. Dukungan keluarga sepenuhnya.
Dukungan keluar­ga sangat mem­pe­nga­­­­ru­hi keberhasilan pe­laksaan diit. Un­­­­tuk mem­permudah pe­­lak­­sanaan di­it, se­­ba­ik­nya ma­kanan atau me­nu ke­luarga di­se­suaikan de­ngan je­nis ma­kanan yang baik untuk anak ber­ke­butuhan khu­sus. Dengan ini anak ti­dak merasa di “isti­mewakan”, tidak me­ra­sa dikucilkan dan tidak merasa asing de­­ngan keluarganya.

4. Konsumsi makanan sehat, seimbang dan variatif.
Orang tua harus banyak berkreasi da­­lam memvariasikan jenis menu dan ba­han makanan. Untuk menentukan jenis me­­­nu dan bahan makanan, sebaiknya orang tua mempertimbangkan sifat-sifat anak berkebutuhan khusus ini se­per­ti ce­pat bosan, banyak gerak, sulit di­kontrol dan lain-lain, maka contoh menu yang di­anjurkan adalah:
a. Makanan besar
Pilihlah menu ma­ka­n­an besar yang prak­­­­­tis, cepat saji dan ce­­pat santap, se­perti nasi goreng, bubur Ma­­nado, bu­bur ayam dan lain-lain.
b. Makanan kecil
Pilih menu ma­kan­an kecil yang prak­tis dan cepat santap, se­­perti arem-arem, sko­­tel, roti bakar dan lain-lain.
c. Buah
Pilih buah yang ber­­­aneka warna dan ber­aneka ra­sa tetapi mu­dah me­ma­­­kan­nya, seperti sate buah, jus buah, es buah dan lain-lain. Dengan ini di­ha­rapkan anak dapat mengkonsumsi ber­aneka ragam buah dalam waktu yang ber­samaan.

Pilihlah bahan makanan yang baik, ya­itu ba­­han makanan yang segar, me­narik dan ba­­ru. Hal ini diperlukan, ka­rena sangat ber­­pengaruh terhadap ra­sa dan bentuk ma­kan­an yang di­sa­ji­kan.
Hal lain yang harus diperhatikan ada­lah ben­­tuk, warna dan tekstur dari ma­kanan yang disajikan. Ini sangat ber­pengaruh ter­hadap selera makanan anak. Apalagi selera makan anak ber­kebutuhan khusus sangat cepat se­ka­li berubah. Orang tua harus ra­jin meng­ingat dan mencatat, makanan de­ngan bentuk, warna dan tekstur yang ba­­gaimana yang disukai anak. Hal ini akan mempermudah orang tua dalam pe­­nyusunan menu berikutnya.

5. Libatkan anak dalam menentukan menu.
Dengan keterlibatan anak ini, ma­ka se­cara tidak langsung kita meng­ajarkan anak untuk bertanggung ja­wab terhadap pi­lihannya. Anak juga di­ajar­kan untuk belajar me­mutuskan se­sua­tu.

6. Mempelajari efek bahan makanan yang baik bagi anak.
Pengetahuan akan manfaat dari se­mua ba­han makanan yang baik bagi anak, di­harapkan timbul rasa syukur da­ri anak dan orang tua bahwa sangat ba­nyak b­ahan makanan yang dapat di­konsumsi, ma­sih banyak bahan ma­kanan yang dapat di­pi­lih, dan masih ba­nyak bahan makanan ke­su­ka­an anak yang boleh dikonsumsi.
Dengan kiat ini, diharapkan orang tua dapat dengan senang dan ringan, se­­ti­dak­nya memberikan secercah mo­ti­vasi untuk me­nyelenggarakan diit ba­gi anaknya. Se­l­ain itu, diharapkan anak akan dengan se­nang dan riang meng­konsumsi makanan yang disediakan.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi ki­ta semua, terutama para orang tua yang di­karuniakan anak ber­kebutuhan khusus. •

http://anakspesial.blogdetik.com/

Pendidikan Inklusi untuk Anak dengan Kebutuhan Khusus

Arin Widiyanti - detikNews
Jakarta - Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus boleh bernapas lega. Pasalnya, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tengah gencar-gencarnya menyosialisasikan pendidikan inklusi. Apa itu pendidikan inklusi? "Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan anak yang mempunyai kelainan untuk bersekolah di sekolah umum," jelas Sekretaris Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, Sungkowo M, di sela-sela seminar "Apa dan Bagaimana pendidikan Inklusi?" di Graha Depdiknas Jl. Sudirman, Jaksel, Sabtu (19/2/2005). Menurutnya, pendidikan inklusi juga diatur dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 yaitu pasal 32 tentang layanan pendidikan khusus. Sistem ini pada dasarnya diaplikasikan ke semua tingkat sekolah, baik umum maupun swasta. Sayangnya, saat ini baru ada 500 sekolah yang 'berkenan' menerapkan sistem pendidikan inklusi dengan 5.000 siswa yang mempunyai kelainan. Sistem ini selama ini cukup sulit berkembang. Penyebabnya, tidak banyak guru yang mempunyai ketrampilan khusus menangani anak-anak yang memiliki kelainan fisik dan mental. Anak-anak dengan kelainan itu banyak yang ditolak masuk sekolah umum dan menjatuhkan pilihannya ke Sekolah Luar Biasa (SLB). "Saya imbau para orangtua murid yang mempunyai anak cacat untuk memberi treatment sama dengan anak normal dengan memasukannya ke sekolah umum. Dan untuk mendukung sistem ini sekarang sedang dirancang Peraturan Pemerintah (PP) tentang Layanan Pendidikan Khusus yang rencananya Mei akan disahkan," jelasnya. Dia juga meminta pemerintah memberikan dana kompensasi BBM untuk mendukung pendidikan inklusi ini dengan memberikan beasiswa. "Beasiswa bukan hanya membebaskan SPP, tapi juga seragam dan alat sekolah," harapnya. Untuk menyukseskan sistem pendidikan inklusi, pihaknya juga akan melakukan pelatihan kepada guru dan kepala sekolah, sehingga mampu memberikan layanan kepada anak yang mempunyai kelainan. "Tujuan pendidikan inklusi adalah agar tidak membedakan anak yang berkelainan atau tidak agar nantinya tidak merepotkan masyarakat," demikian Sungkowo. (nrl/)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/02/tgl/19/time/143401/idnews/294296/idkanal/10

Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus

Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk keperluan identifikasi, di bawah ini akan disebutkan ciri-ciri yang menonjol dari masing-masing jenis anak dengan kebutuhan khusus.
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
a. a. Tidak mampu melihat
b. b. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
c. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
d. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
e. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
f. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
g. Peradangan hebat pada kedua bola mata,
h. Mata bergoyang terus.
Nilai standar : 4 (di luar a dan b), maksudnya, jika a dan b terpenuhi, maka tidak perlu menghitung urutan berikutnya.
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
a. Tidak mampu mendengar,
b. Terlambat perkembangan bahasa
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan kata tidak jelas
f. Kualitas suara aneh/monoton,
g. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h. Banyak perhatian terhadap getaran,
i. Keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga
Nilai Standar : 6 (di luar a), maksudnya jika a terpenuhi, maka berikutnya tidak perlu dihiung.
3. Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
a. Anggauta gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
b. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
c. Terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
d. Terdapat cacat pada alat gerak,
e. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
f. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
g. Hiperaktif/tidak dapat tenang.
Nilai Standar : 5
4. Anak Berbakat/ memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
a. Membaca pada usia lebih muda,
b. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
c. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
d. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
e. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
f. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
g. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
h. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
i. Dapat memberikan banyak gagasan
j. Luwes dalam berpikir
k. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
l. Mempunyai pengamatan yang tajam,
m. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
n. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
o. Senang mencoba hal-hal baru,
p. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
q. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
r. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
s. Berperilaku terarah pada tujuan,
t. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
u. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
v. Mempunyai daya ingat yang kuat,
w. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
x. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
y. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Nilai Standar : 18
5. Tunagrahita
a. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar,
b. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
c. Perkembangan bicara/bahasa terlambat
d. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
e. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
f. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
Nilai Standar : 6
6. Anak Lamban Belajar
a. Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6),
b. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
c. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
d. Pernah tidak naik kelas.
Nilai Standar : 4
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
• Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
a. Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
b. Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
c. Kalau membaca sering banyak kesalahan
Nilai standarnya 3
• Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
a. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
b. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
c. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
d. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
e. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Nilai standarnya 4.
• Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
a. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
b. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
c. Sering salah membilang dengan urut,
d. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
e. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
Nilai standarnya 4.
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
a. Sulit menangkap isi pembicaraan orang lain,
b. Tidak lancar dalam berbicaraa/mengemukakan ide,
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
d. Kalau berbicara sering gagap/gugup,
e. Suaranya parau/aneh,
f. Tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel,
g. Organ bicaranya tidak normal/sumbing.
Nilai standarnya 5.

9. Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku).
a. Bersikap membangkang,
b. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
c. Sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu
d. Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
Nilai standarnya 4.
http://www.wonosari.com/sekolah-pendidikan-f67/anak-dengan-kebutuhan-khusus-t6194.htm

Seorang Anak penyandang Tuna Grahita (Special Needs)

Penyandang Tuna Grahita Itu Raih Emas di Amerika
Rabu, 18 Februari 2009 | 22:09 WIB
Fransiskus Asisi Agung Setiawan
Chahyo Estiadi Budi Syahputro dengan medali emasnya
TERKAIT:

* Aksi Penyandang Cacat Pukau Penonton di GKJ

BEGITU mendengar keterangan soal anaknya Chahyo Estiadi Budi Syahputro dari tetangga yang mengunjunginya, napas Ibu Esti seakan tertahan. Radang usus yang sudah tak dipikirkannya lagi membuatnya mengerang perih. Tak terasa sudah hampir 2 bulan ia terbaring di rumah sakit. Namun ia tidak bisa berbuat banyak untuk anaknya.

"Chahyo hampir setiap hari jatuh dari tempat tidur sejak ibu dirawat," kata tetangga itu sebagaimana dikenang Esti.

Esti, ibu Chahyo, dirawat selama 2 bulan di rumah sakit karena radang usus. Sepanjang waktu itu, Chahyo yang dijaga oleh pengasuh hampir setiap hari jatuh dari tempat tidur. Umur Chahyo, yang lahir di Jakarta 17 November 1987, saat itu berumur 1,5 tahun.

Koma 3 Hari
"Saya tidak melihat ada perubahan dalam diri Chahyo sejak dari terakhir ia jatuh. Namun 6 bulan kemudian mulai kelihatan sebenarnya apa yang terjadi pada anak saya," tutur Esti yang tinggal di Kecamatan Keramat Jati ini.

Esti mengenang, pada 23 Desember, saat mentari beranjak mendekati titik puncak, tiba-tiba Chahyo kejang-kejang di dalam bus. Saat itu mereka dalam perjalanan ke Gelael untuk belanja setelah Esti mendapatkan voucher.

Seketika itu juga anak malang tersebut di antar ke Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Timur. Chahyo langsung koma selama 3 hari. Selama perawatan 2 bulan Chahyo sempat diambil cairan sumsum tulang belakangnya untuk diperiksa. Menurut dokter, Chahyo mengalami radang otak yang diakibatkan benturan kepala Chahyo ke lantai, saat jatuh dari tempat tidur. Dan itu terjadi hampir setiap hari selama 2 bulan.

Lepas dari masa kritis, perkembangan Chahyo mulai terlihat berbeda dengan anak-anak seusianya. Chahyo mengalami kelumpuhan sementara, sehingga baru pada umur 2,5 tahun ia bisa berjalan. Sebelumnya, ia selalu menyeret kakinya jika berjalan. Selain itu, Chahyo juga cadel ketika berbicara dan sulit menangkap jika diajak berkomunikasi.

Sekalipun demikian Chahyo yang dikenal periang dan ramah ini tetap menapaki jalur akademis. 2 tahun dihabiskannya di TK Respatih Keramat Jati. Lalu ia melanjutkan ke SD 010 di Batu Ampar, tetapi hanya sampai kelas 2 SD. Maklumlah Intelligence Quotient-nya (IQ) hanya 70. "Anak saya tidak bisa mengikuti pelajaran. Oleh karena itu saya pindahkan dia ke SLB (Sekolah Luar Biasa) Budi Daya Cijantung," kata Esti.

Menurut psikolog, IQ di bawah 70 membuat seseorang lamban dalam berpikir dan belajar serta mengalami kesulitan dalam berbicara. Kepada mereka ini tidak lagi dikatakan mental retardation (cacat mental) karena dinilai akan semakin merendahkannya, tetapi mereka memiliki keterbatasan intelektual atau intellectual disabilities.

Raih Emas
Di SLB, Chahyo seakan menemukan habitatnya yang kondusif. Di antara teman-teman SLB, Chahyo menjadi idola terutama di kalangan kaum hawa. "Iya benar…saya menjadi idola dan banyak ceweknya," kata Chahyo membenarkan sambil tersipu malu.

"Sampai-sampai ada beberapa cewek yang mengidolakan Chahyo mentransfer pulsa untuknya," kata Esti bangga.

Kharisma yang terpancar dari Chahyo itu semakin nyata ketika dia menunjukkan kemampuannya dalam bidang olah raga, khususnya tenis meja. Catatan prestasi Chahyo dalam bidang ini terus terukir, di antaranya juara I tenis meja perseorangan pada Pekan Olah Raga Tunagrahita Nasional tahun 2006 dan juara III dalam Pekan Olah Raga Tunagrahita Daerah DKI setahun kemudian.

Chahyo yang mulai direkrut Special Olympics Indonesia (SOIna) sejak kelas 5 SD dinyatakan lulus seleksi oleh untuk mengikuti lomba snowshoeing (lari di atas salju) dalam rangka olimpiade musim dingin tunagrahita internasional 2009 di Idaho Amerika Serikat yang berlangsung pada 7-13 Februari 2009. Olimpiade yang mempertandingkan 7 cabang ini diikuti kira-kira 2.500 atlet tunagrahita dari lebih 100 negara. SOIna sendiri mengirimkan 3 altet yang satu di antaranya adalah Chahyo.

Pada pertandingan tersebut Chahyo mendapatkan emas untuk nomor 100 m dan perunggu nomor 200 m. Sedangkan 2 atlet yang lain: Abdul Hadi (24) yang mendapat emas pada nomor 400 m dan Johannes Nugorho Kurniawan (36) yang mendapat perunggu untuk nomor 50 m dan ribbon untuk nomor 25 m.

Punya Pacar
Dalam kehidupan sehari-hari, penyandang tunagrahita kerap dipandang sebelah mata. Dari fisik saja mungkin tidak banyak yang tertarik, apalagi mau mengenal lebih jauh. Selain itu, dari penyandang tunagrahita sendiri mungkin masih dikungkung oleh harga diri rendah.

"Ini tidak terjadi pada Chahyo. Dia itu orangnya mau maju dan mau berguna bagi banyak orang sekalipun memiliki keterbatasan," tutur Esti.

Setelah lulus dari SMA di SLB Budi Daya, Chahyo kursus otomotif selama 3 bulan. Setelah itu, Chahyo bekerja selama sebulan sebagai waitress di Taman Hek Restoran Kramat Jati. Bulan berikutnya, ia bekerja di pabrik tissue Condet sebagai pengepak selama sebulan. Yang menarik, Chahyo saat ini tercatat sebagai mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Politeknik jurusan Mesin semester 1.

"Sejuah ini saya, alhamdullilah, dapat mengikuti kuliah. Saya mulai tertarik dengan mesin setelah melihat kakak saya Fidi yang membuka bengkel motor di rumah," kata Chahyo.

Chahyo bisa meraih pencapaian sejauh ini berkat dukungan dari penuh keluarganya: kedua orangtua dan 4 saudaranya. "Dia sangat istimewa dalam keluarga. Kami lindungi dan terus memberi semangat padanya," kata Esti.

"Kami, saudara-saudaranya, sering bercanda dengan dia. Kami pun siap membantu dan mendengar segala ungkapan hatinya, entah itu soal aktivitasnya, pengaduannya ketika diomongin orang lain di belakang sampai soal ketertarikannya pada cewek," tutur Fidi.


Chahyo yang mengaku telah punya pacar kelas 2 SMA di sekolah biasa ini bertekat untuk terus berlatih dan berlatih. Harapannya prestasi demi prestasi dapat terus diukirnya pada waktu-waktu mendatang. "Selain itu, saya sebenarnya bercita-cita mau menjadi polisi," harap Chahyo.

Ada banyak orang yang memiliki keterbatasan, tetapi ternyata hanya sedikit saja yang secara positif mengasah dan mengembangkan potensi yang ada dalam keterbatasannya itu. Chahyo adalah salah satu dari sedikit orang tersebut.

http://kesehatan.kompas.com/read/2009/02/18/22095874/Penyandang.Tuna.Grahita.Itu.Raih.Emas.di.Amerika

ORANGTUA BERCERAI KARENA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Bisa jadi masalah sudah menumpuk sejak awal perkawinan. Si kecil yang tergolong anak dengan kebutuhan khusus hanya pemicu saja.

Tak banyak kasus pasangan bercerai gara-gara memiliki anak berkebutuhan khusus. Karena seharusnya dengan adanya masalah, perkawinan akan semakin kuat karena banyak hikmah yang dapat diambil dari kejadian tersebut. Jadi kalaupun terjadi perceraian, pada dasarnya fondasi perkawinan tersebut memang sudah goyah. Jangankan pemicu yang berat -seperti memiliki anak berkebutuhan khusus- pemicu ringan pun akan dapat membuat mereka memutuskan untuk berpisah.

Penyebabnya bisa karena suami istri tak memunyai kemampuan yang baik dalam mengelola stres; karena keduanya memiliki karakter yang keras sehingga tak ada yang mau saling mengalah dalam menghadapi suatu persoalan. Penyebab lainnya, suami-istri tak terbiasa menyelesaikan konflik dan menerima musibah sebagai suatu cobaan yang pada akhirnya akan membawa hikmah. Dengan kata lain, ada atau tidaknya anak berkebutuhan khusus, si pasangan tetap rawan untuk bercerai.

KONFLIK PADA AYAH

Biasanya kasus perceraian yang dipicu hadirnya anak berkebutuhan khusus terjadi pada pasangan yang baru memiliki anak pertama. Mengapa? Karena tahun-tahun pertama perkawinan merupakan masa penyesuaian diri suami-istri. Ketika anak pertama yang terlahir kebetulan cacat atau memiliki kelainan, suami atau istri cenderung saling menyalahkan sehingga timbul konflik. Berbeda bila hal itu menimpa anak selanjutnya. Rasa saling menyalahkan biasanya tak begitu kuat sebab anak sebelumnya sudah terbukti normal.

Selanjutnya, ikatan batin seorang ibu akan membuatnya berjuang demi anak yang memiliki kelainan. Sementara suami tidak selalu demikian. Ada yang bisa menerima kondisi anak apa adanya namun ada yang tidak. Apalagi pada budaya dengan garis keturunan ayah (patriarkal), memunyai anak yang tak sempurna bisa merupakan suatu pukulan bagi seorang di antara mereka. Bagi suami yang bisa menerima, ia tidak akan merasa malu mengakui anaknya yang tidak sempurna, turun tangan dalam pengasuhan, juga mau tahu akan segala perkembangan dan kemajuan yang dialami si kecil. Sementara suami yang menolak, akan berlaku sebaliknya; malu dan tak menerima bila keturunannya cacat.

Kondisi ini dapat diperparah jika keluarga besar suami juga menganggap hal itu sebagai aib dan mempersalahkan pihak istri. Sering, pasangan dengan anak special needs mempunyai perbedaan pendapat dalam berbagai hal, termasuk asal usul penyebab kelainan yang diderita anak. Bila memang pada dasarnya perkawinan sejak awal sudah bermasalah, katakanlah tak disetujui orang tua, suami bisa-bisa menyesali pernikahannya sehingga ia memutuskan untuk menceraikan istri dan tidak memberi perhatian kepada anak; tak pernah menanyakan kabar, kondisi dan perkembangannya.

PERBEDAAN PENDAPAT

Perbedaan pendapat juga sering memicu konflik antarsuami-istri yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Penyebabnya antara lain:

* Ibu merasa paling tahu. Pasalnya ia yang merasa banyak memperoleh informasi soal kelainan yang diderita anaknya. Sementara suami sibuk dengan pekerjaan sehingga yang tadinya ikut terlibat menangani anak jadi menarik diri dan merasa tak perlu ikut campur lagi dalam penanganan.

* Perbedaan cara penanganan. Katakanlah begini, suami percaya pada penanganan secara spiritual di samping medis. Sementara istri hanya menyetujui terapi medis. Masing-masing meyakini metode mereka yang paling benar dan saling menyalahkan metode yang lain. "Tuh kan si Adek jadi tambah parah kalau pakai caramu itu."

* Kondisi keuangan. Terlebih bila istri terpaksa berhenti bekerja karena ingin mencurahkan waktu untuk mengasuh anaknya. Ini berarti pemasukan hanya dari pihak suami. Dari situlah dapat muncul percekcokan. Istri ingin si kecil memperoleh penanganan yang terbaik, sementara suami terpentok keterbatasan dana. Keadaan ini lama-lama dapat membuat suami stres sehingga mudah marah yang akhirnya menjadi sumber pertengkaran.

* Psikis istri lebih sensitif. Lantaran itu, sering terjadi kesalahpahaman dengan suami. Umpamanya, ketika suami meminta istri agar jangan terlalu capek mengurus anak, istri malah merasa segala usahanya tak dihargai suami.

YANG BISA DILAKUKAN ISTRI

Perpisahan dengan suami dalam kondisi seperti ini pastilah tidak akan menguntungkan pihak istri. Namun setidaknya ada yang bisa dilakukan istri, seperti:

* Introspeksi diri

Istri hendaknya melakukan introspeksi diri mengapa perceraian bisa terjadi. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan jangan hanya dapat menyalahkan suami dan menganggap suami tak berperikemanusian karena meninggalkannya dalam keadaan terpuruk. Sering kan karena sibuk mengurus si kecil yang berkebutuhan khusus, anak yang lain terabaikan, demikian juga suami. Atau mungkin istri terlalu memaksakan kehendak soal keuangan tanpa memandang keberatan-keberatan yang diajukan suami. Bisa juga istri sering memaksakan kehendak atau dianggap sok tahu sehingga membuat suami merasa tak dihargai.

* Mencari dukungan

Tradisi kekeluargaan yang kental di Indonesia membuat keluarga besar masih mudah dimintai bantuannya untuk peduli. Namun jika ada keterbatasan pada pihak keluarga istri, terbukalah untuk membicarakannya pada keluarga pihak suami tentang keadaan anak. Termasuk masalah perhatian yang dibutuhkannya atau masalah materi.

Selain dukungan keluarga, ibu juga dapat bergabung dengan mailing list atau grup-grup orang tua yang memiliki anak dengan kondisi yang sama. Di sini, ibu dapat berbagi cerita, informasi dan pengalaman.

* Jika memungkinkan, bekerjalah

Kondisi ini tentu tidak akan mudah. Terlebih pikiran ibu pastilah berat untuk meninggalkan si kecil berkebutuhan khusus di rumah. Jadi tak perlu memaksakan diri. Namun buatlah waktu untuk membangun tekad. Umpamanya, "Aku akan bekerja kembali saat terapi yang dijalani anakku sudah lebih baik dan bisa dilakukan di rumah." Agar lebih plong, sebelum kembali bekerja, ibu harus sudah memiliki orang yang dapat dipercaya membantu mengasuh si kecil di rumah.

http://www.tabloid-nakita.com

Kasus Anak Special Needs

erkenankan saya bercerita sekali lagi mengenai putri saya yang istimewa dalam
hubungannya dengan pendidikan. Mudah-mudahan cerita ini dapat menimbulkan
inspirasi pada teman-teman dalam berhubungan dengan anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus.

Anak saya didiagnosa Crouzon Syndrome pada usia 1,5 tahun oleh seorang dokter
dari Australia (kebetulan dia punya jadwal datang ke Jakarta 2 X setahun).
Perbedaannya sudah langsung tampak sejak lahir. Perbedaan penampilan fisik ini
diiringi pula dengan gejala lain, yaitu matanya mudah lelah dan iritasi,
tidurnya ngorok, sulit menelan makanan, kurang pendengaran, gigi rapuh. Pada
tahun pertamanya fisiknya lemah dan perkembangannya lambat. Dan yang paling
bikin ibunya stress, dia sangat sensitif, mudah menangis dan mengamuk. Kalau
menangis bisa menghabiskan waktu 1 jam tanpa bisa dibujuk, hingga akhirnya
berhenti karena kelelahan.

Setelah pertemuan saya dengan dokter dari Australia itu, diputuskan untuk
dilakukan operasi (rekonstruksi tulang tengkorak kepalanya) untuk menyelamatkan
perkembangan otak dan syaraf matanya, sebab bila tidak, akan mengganggu
perkembangan mental dan penglihatannya .

Pada usia 2 tahun (1996) putri saya di operasi di Women and Children Hospital
Adelaide Australia oleh Dr. David David. Kami berada di sana selama 1 bulan.
Sejauh yang saya tahu, operasi semacam itu belum dapat dilakukan di Indonesia
saat itu.

Terus terang saya sangat terkesan dengan sistem kerja di sana, yang terstruktur
dan melibatkan satu tim yang bekerja sinergi. Bukan hanya kesehatan fisik
pasiennya saja yang diperhatikan, tetapi juga kesehatan mentalnya. Oleh karena
itu peran psikolog dan pekerja sosialnya sangat besar. Mereka juga memberikan
dukungan yang sangat positif terhadap keluarga pasien agar selalu optimis.
Kondisi ini secara tidak langsung juga mendukung pada proses pemulihan anak.

Ini merupakan satu operasi dari serangkaian operasi yang mungkin akan
dihadapinya lagi. Operasi berikutnya baru dapat dilakukan bila anak sudah
berusia remaja. Dari beberapa kasus yang saya ketahui, kasus seperti ini
membutuhkan belasan kali operasi.

Sepulang dari sana, saya diberi PR untuk penanganan anak saya selanjutnya. Putri
saya (karena kurang pendengaran) harus mengikuti terapi bicara untuk
mengembangkan kemampuan komunikasinya, terapi ini dijalani selama 2 tahun,
sempat berhenti karena kondisi sosial politik di Jakarta tidak mendukung
(kebetulan tempat terapinya di Jalan Salemba yang seringkali demo mahasiswa).
Dilanjutkan lagi dengan terapi bahasa 6 bulan sebelum masuk SD.

Selain terapi, dia juga rajin ke dokter karena sering sakit pilek (konstruksi
hidungnya membuat dia gampang sakit dan susah sembuh), rajin ke dokter gigi
karena giginya yang rapuh, gampang bolong meski rajin disikat. Dia juga pakai
kacamata prisma, karena jarak antar matanya yang terlalu jauh menyebabkan otot
matanya bekerja lebih keras untuk melihat jarak dekat (padahal dia senang sekali
membaca, menulis dan menggambar). Saya juga nggak bisa mengharapkan ia makan
banyak, karena kerongkongannya yang kecil menghambat dia makan terlalu banyak.

Untuk masalah fisik, saya tinggal mengikuti panduan dari dokter saja. Namun
untuk masalah konsep diri, sosialisasi dan pendidikannya, keluarganya harus
berperan aktif.

Saya masukkan anak saya ke Kelompok Bermain pada usia 2,5 tahun karena saya
melihat dia sangat tidak percaya diri dan dependen. Saya berharap dia memperoleh
kesempatan bersosialisasi lebih banyak. Sayangnya dia sempat ditolak karena
disangka terbelakang dan kepseknya saat itu khawatir kalau teman-temannya yang
lain akan ketakutan.

Saya sedih sekali saat itu, saya katakan kepada kepala sekolahnya, bahwa saya
tahu benar kalau anak saya tidak terbelakang, dan dia tidak akan mengganggu
teman-temannya (misalnya, memukul), tapi memang anak saya berbeda. Justru di
sini saya berharap dengan keberadaan anak saya tidak hanya menguntungkan anak
saya saja, tapi juga menguntungkan anak lain, karena anak-anak lain menjadi
tahu, bahwa tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, dan mereka juga jadi
tahu bagaimana caranya bergaul dengan teman yang memiliki kekurangan atau
keterbatasan tertentu.

Singkatnya akhirnya anak saya sekolah di situ sampai TK-B. Saya sengaja memilih
sekolah dengan kelas kecil (jumlah murid sedikit, hanya 12 orang dengan 1 orang
guru) dengan harapan perhatian guru tidak terlalu terbagi, karena dengan
keterbatasan pendengarannya, guru sering kali harus mengulang instruksi 2 sampai
3 kali pada anak saya (anak saya tidak mau pakai hearing aid karena dirasa
mengganggu).

Selama anak saya TK saya mulai hunting mencari SD yang kira-kira dapat menerima
anak saya dengan kondisinya. Menurut saya anak saya membutuhkan sekolah dengan
metode active learning, jumlah murid sedikit sehingga guru dapat menangani murid
secara individual dan yang terpenting lingkungan sekolah yang kondusif untuk
perkembangan konsep dirinya. Saya juga menghindari sekolah yang menerapkan
sistem seleksi dengan menggunakan tes kecerdasan, karena saya khawatir meski
anak saya berhasil masuk, namun akan mengalami stress karena beban belajar yang
tinggi (biasanya sekolah dengan sistem seleksi ini mengharapkan muridnya relatif
homogen untuk memudahkan penyampaian pelajaran).

Alhamdulillah saya mendapatkan sekolah yang sesuai dengan harapan. Sekolah
sangat welcome dengan anak saya (dan juga anak-anak lain yang mempunyai
kebutuhan khusus). Setelah anak saya mengikuti try out (bukan seleksi, tapi
lebih pada mengetahui sampai sejauh mana kemampuannya), saya bersama suami saya
diundang untuk berdiskusi dengan pihak sekolah.

Pertanyaan awal yang sangat menyentuh saya saat itu adalah ketika pihak sekolah
bertanya, "Apa yang Bapak dan Ibu harapkan dari sekolah untuk perkembangan putri
Bapak dan Ibu?"

Intinya, diskusi kami dengan pihak sekolah membicarakan apa saja yang akan
dilakukan oleh pihak sekolah (berkaitan dengan kebutuhan khusus anak) baik
menyangkut proses belajar mengajar di kelas, sosialisasi dengan teman dan juga
kebutuhan khusus fisiknya (harus gosok gigi setiap selesai makan, dan
sering-sering membersihkan mata), apa yang perlu dilakukan orang tua di rumah,
termasuk juga mempersiapkan kakaknya untuk menerima pertanyaan-pertanyaan dari
teman-temannya mengenai adiknya yang "berbeda". Pokoknya kami membahas segala
hal yang berpeluang menjadi masalah.

Alhamdulillah sekali lagi. Saat ini putri kami sangat bersemangat sekolah,
motivasi belajarnya sangat tinggi, terutama membaca, menulis dan menggambar.
Masih agak pasif dan pemalu, namun dia tidak menolak untuk bergaul dengan teman
yang mengajaknya.

Saya amati dengan metode active learning dan pendekatan anak secara individual
(memperlakukan anak sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak), anak saya
memperoleh perkembangan pesat dalam pemahamannya terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Di samping itu keberadaan anak-anak yang berkebutuhan khusus di
sekolah memberikan nilai tambah bagi anak-anak yang lain sehingga dapat
mengembangkan kemampuan empati terhadap temannya.

Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan orang tua yang lain, perkembangan positif ini
tidak hanya dialami anak saya tapi juga anak-anak lain, misalnya, anak Autis,
ADD, ADHD, Asperger, dan lain-lain.

Satu hal yang mungkin agak mengganggu adalah masalah biaya yang tidak sedikit.
Akibatnya tidak setiap anak dapat memperoleh kesempatan menikmati pendidikan
yang baik.

Nggak ada salahnya kalau saya mengulangi lagi, nampaknya perlu dipikirkan cara
lain agar sedapat mungkin banyak sekolah/lembaga pendidikan yang dapat
memberikan kesempatan pada anak-anak baik yang normal maupun yang memiliki
kebutuhan khusus untuk dapat berkembang optimal, baik dari segi kognitif,
afektif, maupun psikomotoriknya.

Sekian dulu

Wassalamu'alaikum WW.


http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/763

Mengawal Anak Special Need Sampai Lulus SD

Pada hari ini kami mengucap syukur sebab oleh anugrahNYA, anak kami Yansen Hardjoko genap berumur 12 tahun, anak yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 May 1994 saat ini sudah duduk dikelas 6 sekolah umum,.

Doakan Yansen lulus ujian akhir dan masuk SMP seperti layaknya anak anak seusianya sehingga anak penyandang autis bisa diterima di kalangan akademis umum yang selama ini menjadi beban para orang tua karena sekolah umum sering menolak anak penyandang autis atau anak berkebutuhan khusus lainnya.

Pada saat ini anak Yansen sudah jauh mengalami kemajuan terutama secara akademis bisa mengikuti seluruh kurikulum pelajaran sekolah dasar secara umum tanpa banyak dispensasi bahkan rankingnya semakin baik setiap naik kelas. Pada waktu kelas 5, Yansen sudah masuk 10 besar di kelasnya,bahkan untuk beberapa mata pelajaran Yansen unggul seperti matematika, bahasa inggris dan komputer. Dan teman teman (yang tidak ada gangguan pertumbuhan) mengakui keunggulannya, bahkan guru guru dan kep-sekpun mengakuinya sehingga Yansen menjadi terkenal di sekolahnya dari anak kelas 1 sampai kelas 6 bahkan orang tua murid banyak mengenalnya.

Itulah anugrah TUHAN namanya. Diberi anak special tingkah lakunya tapi terkenal di sekolahnya, bahkan ada ortu murid yang berkomentar apakah Yansen anak yang punya Yayasan.

Pada saat ini Yansen sudah bisa masak nasi pakai rice cooker, bisa cuci pakaian waktu bibi pulang kampung, bisa cari informasi di internet, bisa naik sepeda, bisa telepon dan sms, bisa mengatur pakaianya sendiri bahkan mengatur pakaian mamanya dan yang paling kuat ingatannya barang barangnya hilang satupun dia tahu.

Dulu mati lampu dia nangis semalaman, sekarang ngak lagi, dulu lampu di rumah tidak boleh ada yang mati. Tengah malampun saya harus beli saking perfeksionis-nya, sekarang mulai bisa terima alasan kita yang masuk akal.

Sebagai orang tua, kami merasa bangga dan terhibur juga. Kami katakan semua karena anugrahNYA. Sebagai manusia ciptaan Tuhan saat kita diuji melalui anak kita yang diperlukan KESABARAN KETEKUNAN dan yang penting MENERIMA ANAK KITA APA ADANYA DENGAN KASIH SAYANG SETULUSNYA. Ingat anak anak adalah titipan TUHAN. DIA yang menciptakan lebih sayang daripada kita yang diserahkan untuk mengurusnya.

Bagian Ke Dua

Pengalaman mengajar anak SN komunikasi dengan visualisasi.
Setelah Yansen menguasai bagian tubuhnya, kami mulai mengajarkan benda benda
sekitarnya yang terlihat (visual object) misalnya meja, lemari, kasur, bantal, guling, bangku, baju, buku, lampu, kipas angin dll. Pokoknya semua yang dapat dilihat mata yang berupa benda kami perkenalkan dan ajarkan untuk meniru dan mengucapkan-nya. Dan Rupanya memori visualnya itu kuat. Apa yang pernah Yansen lihat secara visual dia hafal, jadi metodenya disebut PECS ataupun apalah istilahnya kami ngak tahu, tapi yang jelas anak bisa mengerti dan ada kemajuan.

Kami melihat ada kemajuan yang pesat dan pertambahan perbendaharaan katanya
terus meningkat, dan dalam waktu setengah tahun (waktu Yansen berumur 3,5 tahun), dia sudah bisa mengenal mamanya, papanya, bahkan tantenya oma opanya, om-om nya, sepupu-sepupunya dan orang yang ada disekitarnya. Hal ini bisa kami buktikan saat kami menunjukan foto keluarga kami dan menunjuk orang orang tertentu dia langsung jawab ini tante anu, ini om anu, ini mama, ini papa, kalaupun ada yang lupa kami ingatkan lagi, setelah diulang ternyata sudah hafal.

Setelah semua yang ada di rumah dia kuasai, kami mulai membawa Yansen keluar
rumah sambil belajar apa saja yang bisa dilihatnya, contoh ke super market anak kami naikan di kereta dorong sambil belanja, saya ajarkan untuk ditirukan misalnya di stand buah buahan sambil tunjukan objecknya saya sebut ini apel, ini mangga, ini jeruk, ini anggur, ini melon ini semangka, ini pepaya, ini wortel dstnya. Pokoknya visual objeck, dan untuk membuktikannya kami beli gambar buah buahan yang dibawahnya ada tulisannya. Di rumah kami tanyakan kembali ini apa sambil menunjukan objectnya ternyata dia tahu dan bisa jawab. Atau kalau ada yang lupa diulang lagi tidak lama ternyata hasilnya bagus.

Jadi kalau saya lihat menurut pengalaman kami, suasana harus ketika anak sedang senang sehingga bisa enjoy. Jadi kalau anak lagi tidak mood berhenti dulu, jangan dipaksakan waktunya harus berapa jam sehari dan monoton, tapi kalau anak lagi tidak konsen release aja percuma habiskan energi hasilnya minim sekali.

Selanjutnya kami mulai ajarkan kata kerja, bagaimana caranya? Kalau kata benda relatif mudah ada wujudnya tinggal kita tunjukan dan ucapkan, tetapi kata kerja ya harus diberi contoh sambil kita kerjakan misalnya: makan sambil memasukan sesuatu ke dalam mulut dan mengunyah terus ditelan, secara alami dia sudah lakukan tapi tindakan itu disebut “apa”, kita ajarkan. Saat mandi ada beberapa kata kerja masuk km, siram air, gosok sabun, sikat gigi, kemudian pakai handuk, keringkan badan, pakai bedak, pakai celana, pakai baju, pakai kaos kaki, pakai sepatu sambil memberi perintah kerja sekaligus motoriknya. Tentunya pertama kali kita bantu dulu pakai baju dan suruh dia kancingin, pakai kaos kaki kita masukin separuh dia suruh naikkan, kemudian dirapihkan.

Tahap berikutnya setelah anak kami mengerti perintah kerja, kami mulai mengajarkan membedakan (kata sifat & keterangan) mulai dengan membedakan warna, ini mesti hafal ;: kuning, merah, hijau, biru, dan tidak terlalu sulit sebab semua mainan pasti warna warni. Setelah hafal, kita tinggal sosialisasikan pada mainannya ini warna ini, ini warna anu dan umumnya cepat hafal, karena warna memang menarik perhatiannya tetapi kalau kata sifat agak susah misalnya basah dan kering, panjang dan pendek, cepat dan lambat, terang dan gelap. Bagaimana caranya supaya anak SN bisa nangkap, kalau pengalaman kami tetap harus pakai bantuan visual contoh cari gambar yang ada opositnya, kami tunjukan tinggi dan rendah misalnya gambar pohon, gemuk dan kurus gambar 2 orang yang satu gemuk yang lainnya kurus. Kalau kering dan basah agak susah visual digambar jadi praktek langsung baju kita rendam air, atau siram air jadi basah, kemudian kita jemur jadi kering, terang dan gelap kita praktekan pasang lilin lampu matikan ada terang lilin kemudian tiup jadi gelap dstnya

Jadi semua terapi kami lakukan sendiri, dengan visualisasi, jadi kalau ditanya metode kami ngak tahu, boleh jadi Picture/visual Exchange communication system. Tanya yang pakar yang jelas anak kami ada kemajuan. Kalau kontak mata kami latih tiap pagi habis mesbah keluarga, saya sebagai Imam di keluarga memberkati istri dan anak anak, dan untuk Yansen special treatment biasanya setelah doa bersama dan terima berkat kami saling merangkul dan mengatakan papa mengasihi Yansen dan sebaliknya diantara anggota keluarga lainnya, kemudian giliran Yansen saya suruh tatap mata papa dan aku menubuatkan "Engkau diberkati makin hari makin baik, makin besar makin baik, engkau bisa bersosialisasi, bisa berinteraksi, berkomunikasi dengan baik, menjadi berkat bagi orang-orang disekitarmu dan dia respon dengan amiem,amien,amien.

Yansen 02



Bagian Ke Tiga

Pengalaman mengajar Yansen angka dan huruf.

Kami kembali membagi pengalaman "bagaimana mengajar anak mengenal angka dan
huruf pada anak kami"? Setelah perbendaharaan kata bertambah, kemudian kemampuannya meningkat bisa merangkai kata misalnya mau ini, mau itu, minta ini, minta itu, mau pipis, minta minum, mau mandi dll.

Satu hal yang sangat mencengangkan daya ingatnya kuat, jadi apa yang pernah dilihat secara visual baik langsung, maupun melalui TV, bahkan sebelum bisa baca tulis Yansen sudah hafal logo-logo merk misalnya: Sanyo, Toshiba, Mitsubishi, Honda, Toyota, Yamaha, Maspion, Yongma, National.

Pada saat kami bawa ke Restoran, biasa yang dicari kipas angin, maka diapun masuk kedapur, ke ruang kasir memang repot untuk mengawasinya dan kalau ketemu alat elektronik, saya tanya ini merk apa? langsung dia jawab, Maspion. Yang lain lagi Toshiba sampai petugasnya bingung !!! ,sudah sekolah ya pak kok bisa baca??? belum mbak jawabku dia cuma hafal logo dan merknya. Aneh tapi nyata.

Kami mengajar Yansen angka dan huruf juga dengan visualisasi, caranya kami membeli angka dan huruf yang terbuat dari foam seperti bahan sandal jepit, warna warni dan bisa dipakai untuk alas duduk, dimana hurup dan angkanya bisa dicopot dan dipasang kembali. Dengan alat bantu itulah kami mengajarkan mulai angka angka dan huruf-huruf, pertama kami copot dan mengajarnya angka 1.2.3.4.5.6.7.8.9.0 demikian juga A-Z . Setelah dia sebut angkanya atau hurufnya kami suruh pasang lagi, sekalian latihan puzzel ,dan rupanya itu menarik sehingga dia cepat nangkapnya, kami kira faktornya dia bisa enjoy belajar sambil main.

Menjelang 4 tahun kami ajarkan Yansen tulis angka dan huruf yang telah dihafalnya. Pertama kami tuliskan huruf dan ada kolom yang harus dicontoh kalau belum bagus bantu pegangin tangannya bergerak pelan pelan untuk membentuk angka atau huruf.
Setelah menguasai hurup besar kami ajarkan hurup kecil, lalu meningkat jadi
memadukan suku kata, dan kemudian kata kata, jadi sebelum masuk TK Yansen dirumah sudah bisa baca suku suku kata bahkan kata kata yang sederhana dia sudah kuasai. Puji Tuhan kemampuannya terus meningkat.
Memang secara akademis sudah bagus tapi tingkah lakunya yang masih jadi masalah.

Kendala-kendala:
Perhatiannya cepat beralih, kalau lagi tidak konsentrasi susah diajari, tidak bisa duduk berlama-lama, bahkan sangat perfeksionis, semua miliknya tidak boleh hilang, hilang selembar bisa jadi masalah. Dia menjadi gelisah dan tidak bisa konsentrasi sebelum apa miliknya yang hilang ditemukan.

Rutinitas menjadi bagiannya, bahkan kalau ada keinginannya yang tidak dituruti Yansen bisa melukai dirinya, membentur kepala kelantai, atau memukul kepalanya sendiri.

Kami memang cape, untung ada pengasuhnya yang sangat sayang Yansen dan
merawatnya dengan baik walaupun tingkah lakunya kadang kadang aneh, tetapi kalau malam kami berusaha supaya Yansen tidur seranjang dengan kami supaya kasih sayang tidak beralih ke pengasuhnya. Dan yang sangat penting anak SN mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orang tuanya yang dengan tulus mengasihinya dalam keadaan apapun.

Kami tidak pernah memberi obat penenang seperti Risperdal dan sebangsanya tetapi kalau anak saya tantrum saya bawa dalam doa-doa, dan ajaib kuasa doa dasyat sehingga kami bisa melewati masa-masa sulit bersama-sama mamanya dan pengasuhnya yang begitu sabar dan telaten. Saya percaya semua adalah campur
tangan Tuhan yang mengirim pengasuh yang tahan banting kepada kami.
Bahkan Pengasuhnya kadang-kadang melebihi kami sebagai ortu saking merasa dia punya andil ikut mengasuh Yansen dan menyayanginya sebagai anak sendiri. Kadang-kadang kami sempat khawatir kalau dia berhenti kerja, tapi akhirnya kami berbalik percaya lebih kepada Tuhan. Kalaupun dia berhenti pasti DIA buka jalan, jadi kami tidak harus stress dan enjoy aja gitu.


Bagian Ke Empat

Persiapan masuk TK.

Waktu anak kami berumur 3 tahun belum bisa bicara. Setelah ketahuan AUTIS, kami mulai berpikir bagaimana mau sekolah, jadi kami memutuskan tidak masuk ke play group dulu seperti kakaknya waktu 3 tahun, tetapi kami berusaha mempersiapkan masuk TK, dan ternyata melalui pergumulan yang sudah kami ceritakan sebelumnya, menjelang umur 4 tahun semua sudah lancar, yaitu vokalnya jelas dan bahkan bisa baca dan tulis angka maupun huruf, hasil terapi sendiri melalui visualisasi, tinggal masalah tingkah laku yang belum terkendali.

Karena kami yakin anak kami secara akademis bisa, maka kami putuskan masuk TK umum. Kami cari yang paling dekat rumah, sebab kami baik papa maupun mamanya tidak bisa mendampingi waktu anak sekolah karena kami masing masing kerja. Kebetulan di sebelah rumah saya ada TK jadi kami daftarkan saja. Selain pengurusnya kenal karena tetangga sehingga pengasuhnya bebas keluar masuk untuk menemani dan mengawasi Yansen dan mengetahui perkembangannya, serta komunikasi dengan guru-gurunya pun lancar karena sudah familiar.

Jadi untuk Tk tidak ada masalah, karena bukan program sekolah formal. Makad ari itu, saran saya, kalau bapak ibu mau masukan anaknya ke TK carilah yang paling dekat rumah dan pengurusnya familiar, supaya informasi cepat sampai ke kita sebagai ortu dan kalau ada masalah cepat teratasi karena aksesnya dekat. Pengasuh Yansen bukan terapis cuma kami terus kasih input untuk penanganan anak Autis dari informasi-informasi yang kami dapat dari berbagai sumber, jadi bener-bener praktisi amatiran.

Soal makanan kami perhatikan dan menghindari gluten,casein. Vetsin sudah tidak
ada di dapur kemudian juga gula sangat mempengaruhi aktifnya anak, susu dan
terigu juga hilang dari menunya Yansen. Kami juga menghindari jajanan dan 90% masak sendiri oleh pengasuhnya, kami hanya kasih uang belanja secukupnya, kalau ada kekurangan baru ditambah, misalnya beli ayam kampung dan buah buahan.
Rupanya Yansen suka buah buahan hampir semua doyan terutama yang mahal-mahal
seperti anggur, apel, strawbery, palm, pear kecuali durian wah yang satu ini dipaksa pun akan dikeluarkan dari mulutnya.

Pada waktu balita Yansen susah minum obat, apalagi yang pahit dan pekat sekali baunya, jadi kalau deman atau pilek pakai obat sirup yang rasanya dia suka. Tidak ada suplemen yang kami kasih maupun obat penenang hiperaktif semacam risperdal atau kawanannya, DMG pernah dikasih waktu mula-mula terdeteksi atas saran dr HDP tapi itupun sudah dihentikan karena susah tidur dan tambah aktif.

Kondisi di rumah jangan ditanya seperti kapal pecah tiap hari, ngak bisa rapi sebab apa yang dikeluarkan dituang ke lantai dan tidak mau orang lain yang membereskan. Jadi harus dia yang melakukan dan pengasuhnya hanya mengawasi agar dia tidak menjamah barang yang berbahaya, sebab Yansen suka main alat listrik dan bahkan colok steker ke stop kontak. Waduh tidak gampang menjaganya, meleng dikit bisa kecolongan ha ha ha. Siapa bilang ngasuh anak SN lebih gampang hayo ???

Rutinitas menjadi bagian yang belum bisa dilepaskan waktu itu. Nyalakan AC harus dia yang lakukan, kalau ac sudah nyala dan bukan Yansen yang on kan malam itu jadi masalah. Pokoknya dia tidak bisa terima walaupun dimatikan dulu setelah itu baru dia nyalakan lagi. Maunya dari awal bagian dia tidak boleh terjamah yang lain. Coba rasakan nangisnya sampai lewat tengah malam, sampai dia cape baru tertidur. Besok ingat lagi mulai ngadat lagi. Siapa yang kuat, ayo coba satu malam saja !

Inilah sedikit menelusuri liku liku mendidik anak SN. Kadang kami merasa cape, lelah dan tidak tahu harus berbuat apa. Pada saat kondisi begini kami masuk “pemberhentian” mencari saat teduh, sehingga rohani kami dicharge untuk merenungkan Firman Tuhan yang dapat menjadi sumber kekuatan kami.

Yansen 03



Bagian ke Lima

Persiapan masuk SD Umum.

Peraturan Depdiknas tidak mensyaratkan penerimaan anak SD dengan ijazah TK. Tetapi TK sangat penting apalagi buat anak anak SN yang mau sekolah umum, sebab waktu TK lah pondasinya dibangun, bukan nilai akademiknya saja tetapi perkembangan daya pikir, perkembangan daya cipta, pengembangan dan pembentukan prilaku, perkembangan kemampuan dasar berbahasa dengan menyanyi, ketrampilan motorik halus dengan menempel gambar, menggunting dsb. juga keterampilan motori kasar dengan melompat, main plosotan dll. Semua itu termasuk terapi karena anak kami tidak ikut terapi khusus, jadi waktu di TK itulah kami anggap sedang terapi dan saya lihat banyak kemajuan yang dicapai sebagaimana yang ditulis dalam Laporan Perkembangan Anak Didik Taman Kanak Kanak setiap caturwulan/semester.

Sosialisasi juga bagus sebab waktu TK B Yansen sudah kenal nama nama temannya juga guru-gurunya, bahkan waktu Yansen Ultah ke 6 gurunya meminta dirayakan bersama-sama teman TKnya dan tempatnya disekolah. Di akhir acara ada foto bersama yang menjadi kenangan manis.

Waktu TK B Yansen sudah bisa matematika sederhana yaitu menjumlah dan
mengurangi yang juga diajarkan lewat gambar (mis 3 buah apel + 4 buah apel =
..........apel). Yang saya lihat anak kami sangat kuat memorinya jadi untuk
matematika dia jago. Untuk dikte satu kata bisa diikuti tapi kalau dikte kalimat ampun belum bisa. Bagaimana dengan tes IQ? Wah sulit sebab banyak perintah yang tidak diikuti, jadi hasilnya kecerdasan hanya 61 dan tes ke dua nilai kecerdasan 88.
Untuk anak SN tes IQ jangan jadi barometer, dan yang penting bisa ikuti dulu, dan ada kemajuan dan saya setuju sama ibu Ita jangan ditargetin nanti anak stres dan ortupun stres bisa berabe....kate orang betawi......

Tiga bulan menjelang masuk SD kami mulai persiapkan Yansen. Kami coba bawa
ke dr Dwijo di RS Graha Medika jadi setelah divonis autis oleh dr HP waktu umur 3 tahun kami ngak pernah bawa Yansen ke dokter sampai menjelang 6 thn kurang 4 bulan kami konsultasi dengan dr Dwijo. Melihat kemajuan Yansen Dr Dwijo menyarankan ikut terapi perilaku di kelompok smart miliknya waktu itu masih
di tanjung duren dan hanya 3 bulan terapi disana seminggu 3x, setelah itu kami kembali ketemu dr Dwijo dari hasil terapi yang telah dilaporkan kesimpulannya Yansen sangat banyak kemajuan. Puji Tuhan tidak ada yang mustahil bagiNya.

Walaupun demikian tidak berarti semua beres sifat autistic yang masih menempel adalah tingkah lakunya yang belum terkendali menjadi kendala dan pergumulan kami sampai hari ini (kalau masuk rumah orang ngak peduli punya siapa langsung terobos
sampai ke kamar dan semua ruangan maksudnya untuk observasi tapi melanggar
tata kesopanan). Ini pergumulan kami yang masih harus diperjuangkan. Mungkin ada yang bisa bantu kami cara terapi perilaku yang cespleng. Kalau ke supermarket barang yang diobservasi itu elektronik, semua dipegang, diperhatikan merknya, cara mengoperasikanya sambil baca manualnya bahkan kalau bisa setiap unit mau dicobanya dengan menghubungkan ke listrik dan switch on kemudian dimatikan di on lagi dimatikan, baru puas.

Waktu disodorkan formulir isian ditempat terapi, ada beberapa pertanyaan dan
yang menarik adalah pertanyaan APA HARAPAN ANDA terhadap anak anda setelah ini???? pilihannya adalah sbb:


* menjadi normal seperti anak anak umumnya
* asal bisa mengikuti pelajaran di sekolah umum
* bisa bersosialisasi dan mandiri setelah tidak didampingi ortu
* tidak mentargetkan apa apa asal ada kemajuan sebesar apapun diterima.



Mau tahu pilihan kami adalah yang a sebab kami berjalan berdasarkan imam Allah menciptakan manusia sempurna, jadi ada ketidak sempurnaan harus ditolak (ini bagian imam dari umat yang percaya kepada penciptaNya) Allah Maha Kuasa dan tidak ada yang mustahil bagiNya. Jadi kalau begitu yang tidak normal bisa jadi normal.

Hal-hal yang penting dalam hal mencari sekolah adalah sbb:


* jangan cari sekolah yang favorite karena biasanya peraturannya ketat
* cari sekolah yang cukup memadai saja, tetapi yang mau mengerti dan kerja sama
* jangan sekali-sekali berbohong tentang keadaan anak tapi jujur sajalah
* Persiapkan mental untuk menghadapi berbagai masalah yang bakal dihadapi berkaitan dengan tingkah laku anak waktu masuk sekolah umum, sebab yang namanya umum itu tidak ada perlakuan khusus.



Kalau kami waktu daftar, Yansen dibawa serta, saya tunjukin di hadapan kep-seknya, saya ceritakan anak saya aktif nanti kalau diterima saya minta duduk di depan dan diperkenalkan guru yang akan menjadi wali kelasnya. Ketika lihat Yansen gurunya itu tanya sudah bisa baca, karena dia sedang baca koran kompas. Yansen ditunjukin head linenya wah langsung dilahap sama Yansen berikut beritanya dan beliau langsung tertarik eh sudah pinter ya bacanya, sini ikut ibu terus disuruh baca yang lainnya, dikasih matematika semua bisa Yansen jawab dan tentunya diterima.

Tetapi diterimapun bukan semua mulus, sebab baru permulaan /awal perjalanan. Yang penting adalah bagaimana anak anak kita yang SN ini bisa diterima tidak hanya oleh kep sek, tidak hanya guru, tetapi juga teman teman sekelasnya bahkan orang tua murid. Itu lah MASALAH, RUMIT yang utama tentu saja.

Mau tahu cerita suka dukanya nantikan saja cerita selanjutnya.


Bagian ke Enam

Cara-cara mempertahankan Existensi anak SN di Sekolah Umum:


* mempersiapkan anak kita dengan kemampuan mengikuti kurikulum umum
* mempersiapkan mental baja orang tua sendiri (sebab kemungkinan problem
sangat potensial)
* berani membayar harga/berkorban demi kemajuan anak (siap terima kritik, keluhan,omelan)
* tetap realistis dan bisa menerima kenyataan apapun hasilnya (jangan ngotot
mau sempurna)
* menjalin hubungan baik dengan semua pihak yang berkompeten.



Setelah anak SN diterima disekolah umum, bukan berarti semua beres, justru setiap waktu selanjutnya adalah pergumulan dan perjuangan panjang untuk mengawal dari awal sampai bisa mandiri (kalau bisa), melalui jalan berliku liku, disertai cucuran keringat, urut dada, kerutan kening, muka merah, muka pucat pasi, bahkan linangan air mata.

Saat masuk SD walaupun secara akademik Yansen bisa mengikuti, tetapi tingkah lakunya yang special masih nempel. Bayangkan pertama masuk ada upacara bendera anak anak semua berbaris teratur, anak kami cuma bertahan berdiri di tempatnya sebentar kemudian keliling-keliling. Memang dia tidak ganggu anak anak yang lagi upacara tapi kelakuannya membuat kami ortunya urut dada. Bagaimana ngak? apa yang terjadi sangat mengganggu suasana. Setelah Yansen masuk kelas, kami langsung dipanggil Kep Sek. Beliau langsung bilang kalau begini terus ngak bisa nih, kenapa waktu daftarkan anak bapak ngak cerita ??? Kami jawab kan waktu itu anaknya saya bawa bapak kan sudah lihat langsung dan setelah kami diinterogasi lalu diberi kesempatan. Waktu itu saya ngomong "Pak tolong beri kesempatan belajar disini, saya jamin anak saya ini makin hari makin baik".

Hari pertama berlalu, kami masing masing pergi kerja dan Yansen ditunggui pengasuhnya di sekolah sampai pulang (selama 2,5 jam tiap hari).

Hari-hari selanjutnya adalah pergumulan kami antar anak ke sekolah tunggu
sampai dia masuk kelas. Mereka harus berbaris dulu, karena sekolahnya bukan sekolah favorit jadi agak longgar ortu boleh menunggu anaknya didepan kelas berbaris sampai masuk kelas, setelah itu kami pergi kerja dan tugas jaga Yansen didelegasikan kepada pengasuhnya yang datang ke sekolah sambil bawa makanan Yansen yang dimasaknya sendiri. Kami hanya bisa berdoa Tuhan tolong anak kami
supaya dia tidak berulah aneh aneh dan menjadi berkat buat teman temannya.
Selama bulan pertama walaupun selalu ada saja problem tapi bisa diatasi oleh pengasuhnya yang setia menungguinya.

Masuk bulan kedua ternyata terjadi penggantian guru kelas, dimana guru Yansen yang sebelumnya cuti melahirkan masuk kembali dan beliaulah yang memegang kelas Yansen. Jadi suasanapun berubah lagi, hanya seminggu beliau berhadapan dengan Yansen dia ngak tahan karena belum paham kespesialan anak kami. Kabarnya sampai menangis karena tidak bisa menegor Yansen sebab dia cuek sekali dan tidak takut sama guru. Jadi kamipun kembali dipanggil Kep Sek dan berserta gurunya, inti pembicaraan kami diminta untuk cari sekolah lain, tapi kami ngotot dan bertahan dengan sejumlah argumentasi. Dan untuk kedua kalinya kami diberi kesempatan. Tetapi begitu masuk bulan ketiga gurunya ada masalah lagi. Alasannya Yansen sering keluar kelas pada saat pelajaran dan itu kenyataan yang kami tidak bisa sangkal. Karena begitu tugas yang diberi selesai dikerjakan dia pasti ngak betah duduk manis dan kejadian meninggalkan kelas tidak bisa dicegah.

Dipicu oleh masalah Yansen yang ngamuk karena diganggu anak anak yang nakal dan usil yang mengakibatkan Yansen berteriak teriak di kelas, ,maka kamipun dipanggil untuk ketiga kalinya. Dan kali ini pihak sekolah sudah sepakat meminta kami pindah begitu caturwulan pertama, dan pihak sekolah bersedia mengembalikan uang pangkal yang pernah bayar.

Waktu kami menghadap sidang guru-guru dan Kep Sek, kami menolak dipindahkan
catur wulan 1 dan kami minta diberi kesempatan sampai satu tahun dengan kesepakatan kalau Yansen bikin masalah sebelum tahun pelajaran berakhir tidak ada kompromi lagi. Dan kamipun menerima syaratnya walaupun dengan linangan air mata.

Hal yang bisa kami lakukan adalah berdoa, berdoa dan berdoa tidak ada yang lain, dan disini kami saksikan bahwa kuasa doa itu dasyat. Tuhan mendengar doa-doa kami, kemudian membuka jalan dimana kami bisa menjalin hubungan dengan wali kelasnya kami ke rumahnya, dan meminta beliau memberikan les kepada Yansen sehabis pulang sekolah, dan mengambil tempat di rumah kami dan ternyata gurunya senang. Anak anak yang lain juga ikut les dirumah kami dan hubungan baikpun terjadi antara kami, gurunya dan juga teman temannya,bahkan dengan sesama orang tua murid karena sering antar anak ke rumah kami.

Tuhan itu baik. Untuk selanjutnya Yansen menjadi primadona di sekolahnya. Dia dikenal tidak hanya teman-teman kelas satu tetapi semua murid kenal Yansen dan mau bersahabat dengannya, mau membantunya,dan menjaga orang yang mau mengganggunya bahkan guru-gurunya semua senang dengan anak kami. Mereka berebut minta cium kalau Yansen masuk ke kantor guru. Sampai-sampai ada orang tua yang bertanya apakah Yansen itu cucunya yang punya yayasan kok bebas keluar masuk kantor guru dan semua guru mengenalnya dan memperlakukan dia dengan baik. Akhirnya guru gurunya mengerti bahwa yang bermasalah itu bukan Yansen tetapi ada anak anak yang nakal yang suka ganggu Yansen sehingga dia bisa ngamuk dan berulah dikelasnya.

Karena kemurahan Tuhan, Yansen diberi kemampuan akademis bahkan untuk pelajaran tertentu dia lebih unggul dari teman temannya. Ditambah hubungan yang baik antara kami dan guru-guru, maka Yansen diberi kesempatan tetap belajar disekolahnya.

Yansen 04


Bagian ke Tujuh

Sekarang, kami mau bagikan pengalaman "sukses anak SN bertahan di sekolah umum sampai tamat".

Ketika kita berani mengambil keputusan untuk memasukkan anak kita yang notabene
special, kita sudah meraih 50% sukses, tapi selanjutnya ortu harus mengambil bagian peranan yang sangat besar, kenapa begitu??? Karena ortulah yang paling tahu kondisi anaknya. Guru, terapis, pengasuh hanya pelengkap dalam hal mendidik anak. Oleh karena itu kami katakan ortu harus mengawal sedari awal sampai ........kapan? tergantung kemajuan anak.....katakanlah sampai bisa mandiri.

Tugas mengawal di sini artinya adalah benar-benar mengawal. Coba perhatikan kalau pengawal Presiden apa yang dikerjakan kalau lagi bertugas, sudah pasti tidak boleh lalai, tidak boleh meleng sedikit dan tentunya fokus perhatian selalu kepada siapa yang dikawalnya. Tentunya dalam mengawal anak kita yang SN tidak harus seekstrim paswalpres, tetapi maksud kami perhatikan setiap tindakannya setiap saat walaupun saat kita mendelegasikan pengawalan kepada pengasuhnya. Kita minta infonya atau laporannya tentang anak kita setiap hari, jangan sudah seminggu kita ngak tahu perkembangannya sama sekali, apalagi sudah sebulan ortu cuek aja, bisa sukur, ngak bisa terserah deh, bahkan sikap tidak peduli harus dihindari, sebab bagaimana yang lainnya mau peduli kalau ortunya aja ngak peduli.

Bayangkan waktu anak kami Yansen di kelas satu saja sudah tiga kali kami dipanggil mau disuruh pindah. Bayangkan kalau kami tidak peduli, pasti sudah keluar, pindah sana pindah sini akhirnya mungkin saja putus asa, saling menyalahkan dan hasilnya bisa dipastikan amburadul.

Walaupun kami sama bekerja di dunia sekuler, tapi kami curahkan perhatian penuh pada anak kami. Kami bagi tugas, suami/bapak berperan sebagai imam, tugasnya pembinaan rohani, mendoakan istri dan anak anak dan khusus anak Yansen tiap pagi saya tumpang tangan atasnya memberkati,"Biar kiranya Tuhan memberikan kemampuan mengendalikan diri, memberikan kepintaran, hikmat dan penguasaan emosi". Istri/ibu yang lebih banyak mengajar, mengoreksi pr, ps dan berkomunikasi
dengan gurunya kalau ada yang tidak bisa dikerjakan Yansen.

Pada mulanya tulisan Yansen tidak teratur besar kecil turun naik, tetapi karena kami minta guru kelasnya les maka beliau bisa membaca apa yang Yansen tulis, mamanya juga bisa baca karena mengikuti terus, tetapi papanya waktu awal-awal tidak bisa baca karena Yansen belum jadi dokter tapi tulisannya lebih dari tulisan dokter.

Karena Yansen secara akademik bisa mengikuti pelajaran, ulangan hasilnya bagus, dan situasipun sudah bisa dikendalikan waktu belajar asal tidak diganggu dulu, tidak diusilin anak anak iseng dia bisa tenang, walaupun setelah tugasnya selesai masih suka jalan jalan, tetapi gurunya sudah mengerti. Maka dari itu, Yansen dikasih tugas tambahan setelah dia lebih cepat menyelesaikan tugas ps misalnya menggambar bebas, atau menulis yang tidak menggangu murid yang lainnya.

Kep sek pun mulai memberikan perhatian dan memberi dispensasi Yansen untuk
tidak ikut dalam barisan waktu upacara ataupun yansen diijinkan berdiri dipinggir lap upacara didampingi pengasuhnya, supaya tidah mengganggu jalannya upacara karena Yansen masih suka jalan kesana kesini. Karena upacara itu setengah jam, bila Yansen hanya bertahan 10 menit, maka diijinkan masuk keruang guru agar tidah mengganggu yang lainnya dan setelah selesai upacara baru bergabung dengan kelasnya.

Waktu akhir tahun dimana Yansen cukup bagus nilainya dan berhak naik kelas dua, kepala sekolah maupun guru-gurunya tidah mempersoalkan lagi Yansen harus pindah ketempat lain. Ini semua karena kemurahan Tuhan yang membuka jalan dan menolong umatNya yang berseru kepadaNYA , tepat waktunya dan mencukupi kebutuhannya.

Jangan takut menghadapi masalah tetapi kalau masalah itu datang kepada kita dan Tuhan ijinkan dalam hidup kita hadapi, kerjakan apa yang bisa kita kerjakan, dan berdoalah kepadaNya, maka percayalah Tuhan akan mengerjakan bagianNya.

Waktu Yansen naik kelas dua tidak banyak masalah yang membuat heboh tetapi persoalan persoalan dalam belajar tetap menjadi prioritas untuk ditingkatkan. Metode kelas satu tetap diteruskan yaitu guru kelasnya kami minta memberi les seminggu 3 X dirumah kami. Ini sangat menguntungkan karena kami bisa menjalin komunikasi dengan gurunya tentang perkembangan anak kami. Kami minta Yansen les nya lebih focus dengan melatih melukis karena mat sudah bagus, juga yang lain.

Dar hasil les dan latihan menulis maka waktu cawu 2 kelas dua tulisan Yansen sudah rapi dan tentunya papanya sudah bisa baca. Bahkan ada guru kelas tiga bertanya kepada guru kls 2 yang ngajar Yansen, ini tulisan Yansen bu ? saking tidak percayanya dan penasaran karena waktu kelas satu tulisan Yansen kayak tulisan dokter, tapi itulah kemajuan namanya kalau dilatih terus motorik halusnya makin baik.

Ada satu hal kemudian terkuak dari laporan guru Yansen waktu kelas dua yaitu Yansen sering tidak jelas menyalin tulisan dari papan tulis padahal kami sudah minta duduk barisan paling depan. Dari laporan itulah gurunya menyarankan supaya periksa mata Yansen dan ternyata benar sudah minus 2 dan sejak kelas dua cawu 3 Yansen pakai kaca mata. Problem menyalin tugas dari papan tulis bisa teratasi tetapi problem baru muncul.

Apa yang terjadi jika anak SN pakai kaca mata? Tunggu ceritanya pada episode berikut.


Bagian ke Delapan

Sejak kelas dua cawu ke 3 Yansen mulai pakai mata. Memang tujuannya adalah untuk mengatasi penglihatannya yang sudah minus sebab sering kali nonton TV dengan jarak yamg dekat kali ya, dan sudah sering kami bilang kalau nonton tv jaraknya segini, bahkan di lantai keramiknya dikasih tanda, eeeh tetap melanggar. Kalau kami nonton bareng ditegor dia mundur ke belakang garis tetapi kalau meleng dikit bisa maju lagi, dan akhirnya jadilah "Yansen pakai kaca mata".

Yang terjadi kemudian…. karena anaknya aktif jadi kaca matanya sering dibuka dan ditaruh sembarangan. Sudah bisa ditebak masalah datang dalam beberapa hari saja kaca mata pecah. Dan karena itu sudah menjadi kebutuhannya sebagai alat bantu membaca, maka ketika mau pakai, kaca mata tidak berfungsi lagi akan terjadilah peristiwa "Yansen Ngamuk lagi dikelasnya".

Pulang sekolah kami berusaha betulin kaca matanya supaya besoknya di sekolah tidak bermasalah,dan sekalian bikinin serepnya jadi 2 pasang, sebab kami pikir kalau ada masalah dengan kaca mata yang satu pengasuhnya selalu membawa serepnya. Ternyata apa yang kami prediksi terjadi kaca matannya cuma berumur 2 minggu sebab bukanya kasar dan dilempar sembarangan jadi penyok atau kakinya patah.

Pernah kami coba memakai rantai kaca mata, tapi ternyata itupun tidak banyak bantu. Rantainya jadi objek mainan bahkan digigit terus akhirnya putus dan kacamatanya dijadikan objek putar putar dengan memegang salah satu ujung rantai kacamatanya. Kemudian yang kami lakukan adalah memperbanyak stok kaca matanya sampai 3 pasang, sehingga kami menjadi pelanggan rutin kacamata. Mulanya kami membeli kacamata yang ratusan ribu dengan kwalitas agak bagus, tetapi akhirnya kami hanya membeli kaca mata yang puluhan ribu, murah jadi bisa banyak dan yang tahan banting ......he he he kacanyapun supersin anti pecah.......tapi .....tidak anti gores.

Masalah lain timbul waktu Yansen kelas dua. Ada pelajaran bahasa daerah karena kami di Tangerang, yaitu pelajaran bahasa Sunda, selain bahasa Inggeris yang memang sudah dia paham. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pengantar sehari hari, kami kesulitan karena harus memperkenalkan satu bahasa lagi. Tadinya kami khawatir apa Yansen tidak bingung dengan macam macam bahasa tapi itu masuk kurikurum depdiknas jadi tidak bisa tolak. Jadi mulailah Yansen diperkenalkan bahwa selain ada bahasa Indonesia yang dipakai sehari hari, ada bahasa
Inggris yang dipakai masyarakat International, kemudian ada bahasa daerah bisa Sunda, Jawa dll. Untung anak Yansen tidak bingung dia bisa ngerti konsepnya ada bahasa yang berbeda beda. Buktinya saat kami tes setelah beberapa lama belajar bahasa Sunda (walaupun seminggu cuma sekali), kami tanyakan kalau selamat pagi bahasa Inggrisnya apa ? lalu bahasa Sundanya apa?? ayo … eh... ternyata dia ngerti dan bisa jawab bahkan dia tambahin lagi kalau bahasa Cina apa?? dia balik bertanya ha ha ha rupanya dia mulai mengerti konsepnya bahwa manusia itu beda beda dan
bahasanya pun beda beda.

Kami bisa buktikan saat berenang ada orang negro hitam sekali dekat kami main air dan iseng saya tanya, Sen itu orang apa sambil menunjuk orang hitam di dekat kami, eh ternyata dia tahu bahwa orang itu tidah serumpun dengannya walaupun jawabnya, orang luar negeri, dan kami cepat jelaskan betul tapi yang tepat itu orang afrika,dan kami minta dia tanyakan sendiri om dari mana ?? Ternyata orang hitam itu sudah bisa bahasa Indo sebab dia pelatih bola persita dan dia menjawab pertanyaan Yansen dimana negara asalnya.

Pernah kami bawa Yansen ke Malaysia lewat Pontianak, karena papanya asal Pontianak sekalian mengenalkan kampung asal Papanya. Waktu sampai di Kuching ibukota Serawak dia dengar orang berbahasa Melayu, kemudian dia tanya bahasa apa itu ma?? kami jawab itu bahasa Melayu dan rupanya dia ngerti itu bukan bahasa Indonesia. Kami mulai jelaskan kita ini ada di luar negeri jadi bukan di Indonesia tempai tinggal kita. Wawasannya kiga semakin bertambah, seperti saat diajak ke kampung papanya itu, dia tahu itu jauh dari rumah sebab naik kapal laut 40 jam.

Kami jalan jalan ke Malaysia karena waktu itu murah dan satu satunya perjalanan ke LN yang bisa lewat darat hanya Pontianak ke kuching Malaysia naik bis cuma 50 rb per orang dan fiskal cuma 200 rb, bahkan pemegang paspor domisili Kalbar bebas fiscal. Sekarang lewat darat ke 2 adalah ke Timor leste.

Kami memilih perjalanan keluar kota untuk memperluas wawasannya sekaligus memperkenalkan transportasi laut, darat, udara,dan kereta api supaya dia melihat langsung.

Perjalanan ke luar kota rutin kami adakan sebab setiap libur Yansen minta jalan-jalan. Jadi tiap libur kami harus pergi karena Yansen bahkan sudah merencanakannya jauh jauh hari. Jadi kami pikir ini bisa untuk memicu semangat belajarnya, tapi tentunya tujuannya disesuaikan sengan keuangan kami. Bisa ke Puncak, ke Bandung, ke Sukabumi, ke Bogor, ke Cirebon, ke Yogya, ke Lampung. Yang paling sering ke Palembang kampung mamanya, selain juga banyak tante-tantenya Yansen yang sudah merindukannya.

Dalam mendidik anak Autis Punish & Reward harus ditegakkan. Ini betul-betul efektif, jadi kami menerapkannya pada Yansen. Perjalanan adalah reward karena naik kelas atau prestasi bagus, tetapi kami tidak segan segan memberi hukuman kalau dia salah, supaya anak kami mengenal konsep tindakannya 'Salah' atau 'Benar' dan Konsep Reward & Punish betul betul membawa hasil dalam penbentukan karakter.

Mereka senang kalau melakukan yang baik mendapat reward tapi itupun harus ditempatkan pada konteks yang benar.

Yansen 05


Bagian ke Sembilan

Pengalaman mengajar anak mengeja dan membaca.

Saat Yansen kelas dua dan sudah memakai kaca mata, kemampuan membacanya meningkat tajam. Karena kami semua baik mama papa dan pengasuhnya selalu mengajarkannya terus menerus secara lisan untuk melatih pendengaran menangkap dikte-dikte dari gurunya. Sebab anak SN itu kalau tidak bisa mengikuti (ketinggalan satu kata saja ) saat dikte dia langsung macet dan untuk seterusnya tidak dikerjain lagi (sangat perfeksionis) karena itu dia maunya semua urut. Kalau ada yang ketinggalan dia kesel sendiri dan belum bisa meminta gurunya untuk mengulang. Apabila kemudian gurunya sadar Yansen tidak menyalin apa yang didiktenya, Yansen sudah tidak mau meneruskannya karena ketinggalan tadi. Terpaksa kemudian harus meminjam catatan temannya sehabis pulang sekolah atau istirahat (biasanya teman temannya yang melaporkan kepada pengasuh yang menunggu diluar.

Cara kami mengajarnya adalah menguraikan suku kaca dan biar Yansen yang merangkumnya menjadi kata dan diucapkannya. Misalnya kami sebut se-la-mat da- tang kemudian yansen merangkumnya menjadi kalimat sambil mengucapkannya "selamat datang". Atau yang lain kami sebut ma-ma ma-u per-gi ker-ja kemudian yansen merangkumnya dan mengucapkannya "mama mau pergi kerja".

Kalau kami mau bicara apapun kepada yansen kami pakai cara ini misalnya: mo-bil
i-tu war-na a-pa ? bacanya: (em o be i el i te u we a er en a a pe a)
yansen merangkum dan membacanya “mobil ini warna apa”.

Pokoknya tulisan apa saja yang kami temukan dalam perjalanan, kami ajarkan terus seperti itu...... Dan ternyata efektif sekali dan Yansen suka cara begitu karena dianggap sambil main tebak tebakan. Kadang kala dia yang spel uraiannya dan menanyakan kepada kami apa ituuuu? sambil ceka ka kan karena menurut dia lucu.

Sampai akhir kelas dua rupanya Yansen sudah bisa baca kalimat dengan cepat walaupun sepintas lalu misalnya dalam mobil kami suruh baca tulisan dipinggir jalan (iklan atau petunjuk jalan atau nama gerbang tol) dia respon cepat dan langsung membaca lengkap.

Hal lain yang menjadi kendala adalah rutinitas. Kami tahu bagi anak SN rutinitas itu tidak baik, tapi untuk menghilangkan itu tidak gampang. Kalaupun kami bisa melepaskan satu rutinitas akan datang lagi rutinitas lainnya. Kami sudah bisa melepaskan rutinitas Yansen untuk mengajak dia naik motor dan keliling dulu baru saya boleh pergi kerja. Atau waktu pulang kerja, dia sudah tunggu kalau papanya pulang harus ajak naik motor dulu keliling kemudian baru diijinkan masuk rumah dan dia ngak mau tahu walaupun sudah malam atau hujan sekalipun, tetapi lama kelamaan yansen bisa diberi pengertian. Pada mulanya saya sengaja pulang malam, supaya ada alasan sudah malam papa cape jadi ngak usah keliling ya?? mula mula ngak bisa tetapi lama-lama saya pakai vitamin T (Tega) walaupun dia nangis kami sepakat cuek dan akhirnya rutinitas itu terlepas juga.

Kemudian muncul rutinitas lain. Tiap sabtu mau main ke rumah omanya sebab ada peralatan elektronik yang mau dia mainkan, jadi tiap sabtu sudah jadi kebiasaan sehingga tidak bisa ditawar walaupun saya pulang malam harus ngajak dia ke rumah omanya. Pertama kami tidak bisa menghentikannya karena kalau sabtu ngak ke rumah omanya malam itu tidak bisa tidur. Bisa sampai pagi dia nuntut terus, dan apabila kami tidak turuti kemauannya, keesokan harinya dia minta harus ganti 2 kali yaitu selasa jumat coba bayangkan kami didenda....he he he

Cara kami menghentikannya :


1. perjanjian waktu, kami tetap membawanya sesuai jadwal tetapi janji dulu waktunya misalnya setengah jam dan ternyata dia bisa tepati, sebab kalau tidak ada perjanjian waktu susah sekali ngajak pulangnya karena sedang asik bermain barang barang kesukaannya.
2. kami mulai mengalihkan untuk kegiatan lain misalnya sabtu saya bawa dia renang, sampai cape kemudian kami bilang sudah cape ya kita pulang, pertama memang masih ada keinginan untuk tetap ke rumah omanya tapi lama-lama bisa hilang juga. Dan kalau dia ingat lagi mulai nuntut lagi ke rumah oma. Kalau kami melarangnya alasannya kangen sama oma dan masa yansen ngak boleh lihat oma lagi. Akhirnya kami beri pengertian lihat oma boleh tapi jangan tiap sabtu. Jadi kami membawa hari minggu atau hari lain, setelah itu baru terlepas rutinitasnya itu.



Ini adalah sedikit pengalamam kami menangani Yansen saat kelas dua bahkan sampai naik kelas tiga. Bagaimana pergumulan kami saat yansen sudah naik kelas tiga??


Bagian ke Sepuluh

Saat Yansen naik kelas tiga, kami menemukan sebuah tanjakan dalam perjalanan pendidikan secara umum, sebab buku pelajaran bertambah. Ada ppkn, saint, ips, dll. Waktu belajarpun menjadi 5 jam meningkat 2 kali lipat dari semula 2,5 jam waktu kelas satu dan dua. Penggunaan alat tulispun meningkat yang tadinya pencil menjadi bolpoint (tulis dengan tinta). Perubahan ini membawa kendala sebab tulisan salah tidak bisa dihapus dengan penghapus karet, tetapi ditempel dengan lebel . Waaaah......bagi Yansen yang perfeksionis, salah /kotor dikit tempel sampai melembung deh buku catatannya dan pekerjaanpun jadi lambat karena urusan tempel tempel tadi jadi pelajaran banyak yang ketinggalan karena banyak catatan atau tugas tidak selesai pada waktunya.

Terus terang kami mulai kewalahan karena tiap hari banyak PR dan banyak PS yang belum selesai serta catatan banyak yang tidak lengkap. Jadi pulang sekolah mesti kejar ketinggalan dan bikin PR belum lagi menburu pinjaman dari teman-temannya. Masih untung sih jaraknya dekat bahkan ada teman Yansen yang tetangga depan rumah jadi kami mesti menjalin hubungan baik dengan teman-teman Yansen. Untungnya ortu teman temannya juga semua mau support.

Adaptasi perubahan pensil ke bolpoint dan tempel menempel berjalan lama maka disinilah perlu kesabaran yang extra extra extended.........bayangkan pulang sekolah ada les.....3 x seminggu, bikin PR bisa sampai magrib belum beres apa lagi ada ulangan. Wah mamanya bisa sampai tengah malam dan kalau belum mantap besok pagi-pagi mamanya ingatin lagi sebelum berangkat sekolah.

Ada hal yang sangat mengguncang kami waktu Yansen selesai mengambil rapor cawu 1 kelas 3, pengasuhnya yang sudah mendampingi Yansen selama 7 (tujuh) tahun minta berhenti karena mau pulang kampung dan nikah. Wah bagai petir di siang bolong, kami cuma dikasih waktu satu bulan untuk cari penggantinya. Tadinya kami sempat kawatir kalau Yansen ditinggal pengasuhnya yang sudah dekat sekali secara emosional, bisa shock dan mempengaruhi belajarnya di sekolah. Tapi akhirnya kami sadar tidak mungkin selamanya dia ikut mengasuh Yansen. Suatu saat pasti ada waktu berpisah. Kitalah justru yang harus mengajar anak anak SN ini untuk bisa mandiri dalam menghadapi segala keadaan.

Kami terus bawa dalam doa-doa,dan mendapat firman Tuhan :"terkutuklah orang yang mengandalkan manusia dan bukan mengandalkan Tuhan" Oleh kekuatan firman itulah kami jadi kuat dan mempersiapkan Yansen untuk dipisahkan dari pengaruh pengasuhnya. Kami terus buat sosial story "Bagaimana kalau mbak ling pulang tidak datang lagi" sebab beberapa kali pulang kampung khan datang lagi. Kali ini sejak pengasuhnya mengatakan mau kawin dan tidak kerja lagi, kami sudah buat storynya "mbak ling mau pulang dan ngak kembali lagi, Yansen mau ikut siapa yo?”.
dan dia jawab "mama". Dan kami terus mengulang tentang topik mbak ling mau pulang kampung dan tidak kembali. Terus Yansen tanya kenapa mbak tidak kembali? Kami jelaskan sudah saatnya mbak ling punya keluarga dan "kawin" dengan orang yang akan jadi suaminya.

Terus kami tanya lagi Yansen mau ikut mama atau mbak ling pulang kampung?? Yansen jawab ikut mama saja berarti sukseslah misi kami sebab pengaruh kami sebagai ortu masih lebih besar.

Waktu sampai waktunya pengasuhnya meninggalkan rumah Yansen sudah siap karena sudah ada storynya dan sejak itu tidak pernah cari lagi pengasuhnya. Berarti pengaruhnya sudah lepas sehingga apa yang tadinya kami takuti tidak terbukti maka amanlah suasana rumah tangga kami.

Apa yang terjadi setelah pergantian pengasuh lama ke pengasuh baru yang belum genap satu bulan bersama Yansen?

Tunggu cerita kami selanjutnya.

Yansen 06


Bagian ke Sebelas

Apa yang terjadi setelah pengasuh Yansen yang sudah 7 tahun bekerja diganti pengasuh yang baru ??

Proses penggantian memang berjalan sukses, dan bahkan Yansen sudah tidak merindukan pengasuhnya yang sudah 7 tahun bersama dia. Tetapi yang bermasalah adalah adaptasi pengasuh yang baru dalam menghadapi mood dan bagaimana menangani Yansen. Itu tidak bisa instant bahkan kami mengambil 2 orang sekaligus satu untuk mengantar dan mengurus Yansen di sekolah dan yang satunya mengurus keperluannya di rumah dan tugas mereka bergantian di sekolah dan dirumah, maksudnya supaya mereka tidak kecapean kalau menangani Yansen sendiri.

Tetapi rupanya mereka tidak bisa menangani Yansen dengan maksimal. Mungkin karena tidak tahu sela-sela bagaimana menaklukkan Yansen kalau mood nya sedang tidak kondusif dan menurut laporan, kalau mereka kerasin Yansen, eh dia melawan dan secara fisik tubuh Yansen tambah besar dan tenaganya makin kuat dan kalau anak kami berontak mereka tidak berdaya, tetapi kalau semua dituruti jadi tidak terkendali akhirnya sebulan mereka patah arang dan minta berhenti dua-duanya.

Memang tidak gampang mencari orang mendadak dan harus mengajarkannya dari awal, belum lagi perlu waktu untuk adaptasi. Akhirnya kami mencari pengasuh dadakan dari Yayasan dan mamanya cuti seminggu untuk mengajarkan, mengantar Yansen dan mengurusnya disekolah dan dirumah. Untuk sememtara waktu problem teratasi tetapi durasinya berapa lama?? ini yang jadi pertanyaan.
Setelah berembuk akhirnya salah satu kami harus berhenti kerja dan pilihan jatuh padai istri saya yang harus berhenti kerja, tapi setelah diajukan perusahaannya tidak segera mengijinkannya. Kami berdoa kalaupun mama Yansen berhenti kerja dengan masa kerja 18 tahun, kami berharap dapat pesangon dari perusahaan, tetapi kalau mengundurkan diri paling dapat uang jasa satu atau dua bulan gaji. Dan ternyata Tuhan buka jalan, setelah menceritakan pergumulan keluarga kami dalam hal mengurus anak SN dan alasan berhenti adalah untuk anak, tetapi kami mau tetap punya penghasilan, maka oleh kemurahan Tuhan yang kami percaya telah menjamah pimpinan bahkan pemilik perusahaan tempat istri saya bekerja, maka mereka mengijinkan mama Yansen berhenti dengan pesangon full program pengurangan pegawai tetapi waktunya harus menunggu perusahaan mencari pengganti posisi yang mau ditinggalkan tsb. Mana ada sih pengurangan pegawai di suatu perusahaan harus menunggu rekrut yang baru.......tapi itulah yang kami alami....kami sangat percaya semua ini adalah campur tangan kuasa Tuhan.

Ternyata waktu menunggu realisasi perusahaan itu lama sebab orang yang direkrut yang sudah siap masuk selalu batal, jadi setelah tunggu 3 bln, belum juga dapat, 6 bln belum juga dan baru direalisasi hampir 1 tahun dari saat pengajuan. Sebelum mama Yansen resmi berhenti pada kurun waktu hampir 1 tahun penanganan Yansen didelegasikan kepada pengasuh-pengasuhnya sampai 4 kali ganti, karena semuanya minta berhenti dalam waktu paling tahan 3 bulan dengan alasan tidak sanggup.
Pernah kami coba mencari orang yang lebih ahli dalam penanganan autis untuk mengurus Yansen selama di sekolah saja dan ternyata kami belum sanggup karena jasa tenaga yang terlatih (terapist) minta bayaran 1 jam 25 rb dan kalau dalam sehari kami minta 5 jam saja 125 rb dikali 25 hari sebulan jadi lebih dari 3 jt. Waw jauh dari jangkauan… sedangkan gaji mama Yansen 2,5 jt waktu itu.

Jadi kami putuskan mamanya berhenti kerja dan menangani sendiri Yansen dan setelah dapat uang pesangon kami buka usaha travel dirumah dimana mama Yansen dapat mengurusnya dengan bantuan 2 orang pegawai dan penanganan anakpun lebih banyak waktu tanpa harus kerja keluar rumah.

Dalam tempo setahun waktu Yansen kelas 3 dan sebagian kelas 4 ketika penanganan Yansen dilakukan oleh pengasuhnya yang berganti-ganti ternyata menimbulkan masalah di sekolah. Sering kali ketika Yansen mengamuk di kelas karena ada yang ganggu maka gurunya memanggil pengasuhnya yang menunggu diluar ternyata mereka tidak bisa menangani bahkan Yansen berontak melawan pengasuhnya yang kami tugaskan menemani, mengawasi dan menanganinya kalau ada masalah yang tidak bisa ditake care oleh tim guru.

Kami dipanggil untuk kesekian kalinya oleh Kep Sek berturut turut karena kasus Yansen ngamuk di kelas diganggu teman. Ada lagi kasus Yansen menangis di perpustakaan, bahkan tidak mau masuk kelas karena kaca matanya pecah diinjak orang karena taruh di lantai, ada kasus topi Yansen hilang diambil temannya sehingga Yansen ngamuk tidak mau ikut upacara. Karena dia tidak mau disetrap dengan alasan tidak pakai topi (dari rumah sudah lengkap berikut topi).

Tetapi semua persoalan masih bisa ditoleransi oleh pihak sekolah dan diberi kesempatan untuk meneruskan dengan catatan harus ada yang bisa menangani Yansen dan stand by di sekolah sewaktu waktu ada masalah bisa diatasi.

Waktu Yansen kelas 3 itu jugalah dia pernah sakit dan sempat 12 hari tidak masuk sekolah. Selama Yansen tidak masuk guru-guru dan teman teman merindukannya, karena walaupun Yansen di sekolah kadang bermasalah tetapi lebih banyak membawa sukacita dilingkungan sekolahnya. Mereka bergantian menjenguk Yansen dan memantau perkembangan kesehatannya. Segala pergumulan kami waktu Yansen sakit sudah pernah kami tuliskan dalam posting kami di milis puterakembara dengan judul "Punya anak SN itu anugrah sekaligus amanah".

Untuk prestasi belajar Yansen saat kelas tiga sampai naik kelas 4 tidak ada masalah yang serius, dia bisa ikuti walaupun pengasuh mengawasi dan mengajarnya berganti ganti, kami tetap meminta wali kelasnya untuk memberikan les 3 x seminggu dan waktu kelas 3 les diberikan khusus untuk Yansen tanpa digabung anak anak yang lain dan gurunya yang datang ke rumah setelah pulang sekolah. Semua prestasi dan kemajuan anak kami adalah berkat anugrah Tuhan dan usaha yang tidak putus putusnya dan doa yang tidak jemu-jemu kami panjatkan sebagai ortu yang menerima amanah.

Jangan pernah putus asa tetapi teruslah berusaha. Percayalah Tuhan senantiasa buka jalan, sehingga masa masa sulitpun bisa kita lalui dengan pertolonganNYA. Bagaimana pergumulan kami saat Yansen di kelas empat nanti kami lanjutkan pada tulisan berikutnya.


Bagian ke Duabelas

Pengalaman kami sewaktu Yansen kelas empat.

Fase ini adalah priode yang genting bahkan banyak orang tua berpendapat anak SN kalau sudah sampai kelas empat ngak bisa naik lagi, jadi ada kemungkinan drop out. Bila tidak bisa ikuti pelajaran yang makin dalam, math juga makin susah, banyak PR, banyak ulangan, dan anak juga harus mengarang cerita dengan judul bebas, atau menceritakan kembali apa yang didengarnya lewat TV atau radio (topik berita aktual).

Anak kami Yansen juga mengalami hal sama. Karena banyak tugas yang dibebankan
kepadanya, jadi seringkali dia mogok mengerjakannya atau mengerjakan tapi memakan waktu, mungkin dia kecapean atau lagi bete, oleh sebab itu begitu ada libur dia ngajak pergi jalan jalan, refreshing……kali ya maksudnya. Apalagi waktu libur sekolah sebelum kelas 4 mulai, pengasuhnya juga minta cuti dengan alasan ortu sakit dikampung walaupun kami berat mengijinkan pulang karena baru kerja 2 bulan itupun kami didrop dari salah satu daerah transmigrasi di Sumsel dengan iming-iming naik pesawat dari Palembang ke Jakarta tapi karena mohon terus kami biarkan pulang tapi naik bis. Janjinya kalau Yansen masuk sekolah mau datang ternyata tidak datang datang.........janji tinggal janji. Sementara waktu yang fix buat mama Yansen berhenti kerja baru boleh akhir september jadi praktis waktu itu tidak ada lagi penggantian pengasuh Yansen kecuali seorang pekerja RT yang sudah berumur 50 an.

Yansen pagi-pagi kami antar dengan bekal makanan dari rumah dan terpaksa tidak ditungguin. Pada awalnya memang tidak ada masalah, malah kami pikir kalau sudah bisa ditinggal biarkan saja Yansen belajar mandiri. Tetapi apa yang kami lakukan menuai badai, Yansen yang selama tiga bulan tidak ada yang dampingi di sekolah ternyata jadi tidak terkendali karena waktu dia coba coba melakukan hal hal yang negative tidak ada yang mengarahkan bahkan menurut cerita ada teman temannya yang mengerjai Yansen saat makan ada makanan yang terjatuh dilantai disuruh ambil dan dimakannya. Ada gurunya yang ngak tega kemudian simpati dan menyuapkan Yansen. Dan banyak lagi cerita yang kami dengar tapi tidak bisa berbuat banyak sebab mau cari pekerja yang bisa dampingi Yansen tidak gampang. Pengasuh baru tidak gampang adaptasi, tunggu yang lama tidak nongol-nongol jadi vakum pendamping berbulan bulan.

Wali kelasnya Yansen di kelas 4 yang tadinya bersedia memberi les ternyata baru 3 bulan pertama menarik diri dengan alasan tidak punya waktu tetapi kalau Yansen dicampur les dengan orang banyak ganggu konsentrasi yang lain, katanya memberi alasan. Jadi Yansen makin berat mengikuti pelajaran dan menurut laporan gurunya sering tidak mau mencatat. Mungkin karena banyak ketinggalan, Yansen menjadi kesel dan mogok melakukan tugasnya di sekolah, oleh karena itu saat pulang ke rumah mamanya musti kerja extra mengejar ketinggalannya seringkali sampai larut malam tugasnya belum selesai sehingga dia bete dan ortupun cape.

Waktu cawu pertama karena dipicu banyak hal kemajuan Yansen sangat minim, bahkan boleh dibilang stagnan tetapi kami tetap berusaha supaya Yansen bisa bertahan dan melewati masa masa sulitnya. Suatu hari Yansen bikin ulah lagi di sekolahnya dia kencing langsung dari depan kelasnya yang ada dilantai dua dan ada guru yang memergokinya dan melaporkan kepada Kep Sek. Kemudian Yansen mau distrab/dihukum tetapi dia berontak mengamuk di ruang Kepsek dan memecahkan kaca nako dan guru kelasnya yang katanya kewalahan menangani Yansen juga memberi api. Setelah Yansen dibawa pulang, semua guru dan pengurus meeting dengan kep sek dan .........hasilnya atas kesepakatan semua memutuskan "MENGELUARKAN YANSEN DARI SEKOLAH".

Besok pagi kami dipanggil menghadap kep Sek dan beliau mulai bercerita: Kami sudah kasih kesempatan Yansen untuk belajar dan memang selama ini secara akademis anak bapak bisa ikuti, tetapi tingkah lakunya masih belum bisa kami kendalikan. Kemarin malah kencing dari lantai dua dan untung bukan jam istirahat sehingga tidak ada yang jadi korban kucuran air kencing anak bapak. Malah sekarang anak bapak sering keluar kelas bahkan masuk kelas lain yang sedang belajar, sering masuk ruang guru dan mengacak-acak lemari buku yang dia lagi suka. Guru-guru sering melaporkan mereka terganggu bahkan karena tubuhnya makin besar sering melawan kalau ditegor dan.......masih banyak ini ...dan itu..........

Saya sudah menangkap kemana arahnya pembicaraan tertuju, tiba tiba hati saya menjadi hancur, tak sadar saya mulai meneteskan air mata,.......rupanya saya menangis ..... sampai terisak-isak dan mengalirlah air mata bahkan air hidung ikut keluar sambil mendengar perkataan Kep Sek yang belum sampai kesimpulan....... Saya tidak sanggup lagi berkata-kata sesudah Kep Sek mengucapkan:
"Dengan sangat terpaksa kami pihak sekolah atas keputusan rapat mengeluarkan Yansen dari Sekolah ini" dan kami kasih waktu 1 minggu untuk mencari sekolah lain.

Seorang bapak menangis dihadapan kep sek dan beberapa staffnya mungkin baru dengar ceritanya tapi ini kisah nyata lho. Papanya Yansen menangisi anaknya yang mau dikeluarkan dari sekolah, kok bisa ya?? Belakangan baru sadar pada waktu Yansen kelas tiga dan pernah sakit tifus 12 hari dan dalam pergumulannya saya diberi kesempatan merasakan hati Bapa. Waktu itu saya menangis lebih dari 2 jam (yang pernah baca posting saya berjudul "Punya anak SN adalah anugrah sekaligus amanah") pasti lebih meresapi ceritanya. Ternyata Tuhan sudah menyediakan semua kebutuhan kami:

1. Waktu pengasuhnya mau berhenti secara naluri bisa mempraktekkan Sosial Stories yang belum pernah kami tahu dan tidak pernah belajar sebelumnya. Hasilnya sangat
memuaskan.

2.Waktu Yansen mau dikeluarkan dari sekolah, Tuhan sudah sediakan Hati BAPA jauh sebelumnya.

Menurut manusia jasmani, saya tidak bisa apa apa lagi, karena semua fakta tidak bisa dipungkiri, maka pikiran secara akal sehat mengatakan tamatlah riwayat sekolah Yansen kali ini tetapi.......masih ada Dimensi manusia rohani, karena tiap hari kami bangun dimensi rohani terasa lebih kuat. Aku mulai bangkit dan bersemangat setelah diberikan tissu untuk menghapus segala air yang mengalir deras tadi, saya mulai kuat dan dengan kekuatan manusia rohanilah saya mulai berbicara: Saya mengerti semua kesulitan sekolah karena anak kami. Kalaupun saya ada di pihak sekolah mungkin saya akan memutuskan hal yang sama karena hanya satu orang yang bermasalah,ya dikeluarkan saja ...habis perkara...kenapa banyak orang harus menanggung derita karena satu orang???. Tapi saya mau ketuk hati nurani Bapak, tidakkah bapak punya belas kasihan kalau Yansen dikeluarkan dan berhenti sekolah padahal dia ingin sekolah dan dia sanggup mengikutinya secara akademis !! Yansen pasti stress kalau tiba tiba dia diberhentikan dari sekolah.

Kemudian kep sek menjawab ini adalah keputusan rapat jadi apapun alasannya tidak dapat kami batalkan. Sebelum meninggalkan sekolah saya cuma ngomong Pak tolong kasih kesempatan Yansen untuk sampai tamat SD di sekolah ini, kemudian saya pulang dengan hati yang hancur. Sepanjang jalan saya menangis, hati BAPA mencengkram sangat kuat, sampai di rumah saya masih menangis langsung masuk kamar dan istri saya yang sudah mulai tidak bekerja di kantornya waktu itu, masuk dan menanyakan masalahnya karena tadi tidak ikut waktu menghadap Kep sek. Setelah tahu Yansen mau dikeluarkan, kami suami istri mulai berdoa, ya Tuhan secara manusia kami tidak berdaya, tetapi kami mau serahkan semua yang kami hadapi atas Yansen. Kami serahkan ketanganMU ya Allah, Engkau maha kuasa dan tidak ada yang mustahil. Tak lupa kami mendoakan pengurus pengurus sekolah dan masalah masalahnya.

Apa yang terjadi? kami mau saksikan ternyata kuasa doa itu dasyat. Seminggu kemudian waktu yang diberikan mencari sekolahpun tiba dan kamipun tidak panik dan mencari cari sekolah sebab kami percaya kalau Tuhan yang telah menyediakan sekolah buat Yansen tidak ada seorangpun yang dapat menggagalkannya. Kami dipanggil menghadap, saya dan istri pergi menemui kep sek dan mau tahu apa yang terlontar dari mulut sang kep sek "Kami memang sudah sepakat lewat rapat guru dan pengurus untuk Mengeluarkan Yansen dari sekolah ini tetapi kami tidak sanggup melaksanakan keputusan rapat sekolah karena KAMI TIDAK TEGA. Waduh ini sungguh luar biasa, bukan pekerjaan manusia tapi ini adalah campur tangan Tuhan. Kami sangat terharu dan berterima kasih atas kebijaksanaan pengurus sekolah yang mau memenuhi permintaan kami supaya Yansen boleh sampai tamat di sekolah itu.

Segala puji syukur hanya bagi DIA yang menyediakan segala sesuatu bagi keperluan umatNya. Kami merasa lebih kaya dari siapapun sebab apa yang yang kami perlukan Tuhan sediakan tepat waktunya dan tidak pernah terlambat. Yansen kembali mendapatkan kesempatan sekolah. Setelah itu, kami sepakat menyediakan pendamping full time yaitu mamanya yang mengasihi dan mencintai juga papa dan kakaknya Yanni yang mendukung kelancaran belajar Yansen. Dan kesemuanya itu karena anugrahNya.

Pesan yang ingin kami sampaikan adalah jangan takut dan khawatir, kalau Tuhan titipkan anak SN dalam hidup kita. Itu adalah bagian hidup kita, syukurilah dan terimalah sebagai anugrah dan sekaligus amanah.


Bagian ke Tigabelas

Pengalaman mengajar anak SN belajar supaya tetap bertahan di sekolah umum.

Saat Yansen kelas 4, mamanya mengambil alih penanganan Yansen secara penuh setelah melepaskan pekerjaannya dikantor yang sudah ditekuni 18 tahun. Mamanya selalu stand by di rumah, memberikan sebagian besar waktunya untuk mengajar Yansen, karena sudah tidak ada les dari guru kelasnya maka prestasi belajar Yansen mulai beranjak naik, pelan tapi terus naik.

Memang tidak gampang mengajar anak yang punya predikat special ini. Mesti extra sabar sebab kalau lagi tidak mood kerjakan PR satu soal 1 jam belum tentu selesai. Mesti ditongkrongi terus baru dikerjain, kalau tidak ditemanin langsung perhatiannya ketempat lain dan PR tidak selesai. Karena tidak bisa focus, maka mamanya harus menunggui terus, kalau ada yang ngak ngerti, bantu cariin kuncinya. Kalau mamanya mentok telpon gurunya atau telpon teman temannya.

Untuk pelajaran pelajaran hafalan biasanya mamanya merangkum inti sari dari tex book dan kemudian diprint menjadi kertas kerja untuk latihan........sebab kalau disuruh baca dibuku terlalu banyak Yansen menjadi bete dan sama sekali ngak mau baca. Jadi kalau ada ulangan Yansen hanya belajar dari rangkuman-rangkuman itu. Dimulai dari 10 soal kemudian ditanyain mamanya, kemudian lanjut 10 soal lagi, dan kembali ditanyai, sampai berulang ulang dan hasilnya sedikit banyak pasti hafal.

Untuk mengajar anak SN carikan metode yang memang dia suka atau enjoy, contoh Yansen lebih tertarik belajar kalau soal soal dibuat teka teki silang, dan dia semangat untuk mencari jawabannya. Pilihan ganda lebih menarik minatnya, sekaligus mengasah daya pikirnya. Kalau bisa seperti program family 100 itu dia suka, jadi ada pelajaran sekolah masukan soalnya dan sediakan pilihan jawabnya. Pada umumnya anak anak SN tertarik sebab kalau benar jawabannya ada musiknya yang khas seakan memberikan aplaus, itu suatu reward baginya.

Untuk pelajaran ilmu pasti yang ada rumusnya, Yansen lebih baik penguasaannya, cuma ketelitian kurang, sebab Yansen inginnya cepat selesai, dan suka tidak teliti, padahal dia sudah menguasai. Karena kurang teliti hasilnya bisa salah, jadi kami selalu ingatin untuk lebih teliti kalau membaca soal sebab kadang kadang soal banyak jebakannya.

Di sekolah setelah Yansen bermasalah, sejak itu didampingi full, tetapi karena mamanya merintis usaha travel di rumah, jadi yang dampingi asisten mamanya yang sudah ditraining ala kadarnya untuk khusus mendampingi Yansen dan mamanya hanya ke sekolah kalau jam istirahat karena jarak rumah dan sekolah hanya 1,5 km. Hanya hari-hari tertentu mamanya mendampingi Yansen di sekolah.

Akhirnya semua guru dan juga kep sek bisa melihat kemajuan Yansen dan perestasi belajarpun meningkat, bahkan sampai akhir kelas 4 prestasi Yansen terus membaik bahkan waktu kenaikan kelas dari hasil rapornya ternyata Yansen sudah masuk 10 besar.

Kami bersyukur karena Tuhan selalu membuka jalan saat kami merasa tidak punya jalan, dan anak kami yang special itu pun naik kelas 5. Walaupun banyak liku-likunya tapi misi kami Yansen harus tetap bertahan disekolah umum sampai tamat.


Bagian ke Empatbelas

Dinamika perkembangan Yansen saat kelas 5 SD baik jasmani, jiwani dan rohani.

Saat yansen kelas 5 secara fisik pertumbuhannya cepat sekali, bahkan tingginya mencapai 165cm dengan berat 65 kg, jauh melebihi mamanya. Makannya kuat sekali karena asisten khusus mamanya yang mengurus Yansen memberi makan pagi, di sekolah istirahat 1 dikasih snack, istirahat ke 2 dikasih makan bekal yang dibawah dari rumah, pulang sekolah dikasih makan lagi, malam sekali lagi …….
Kalau ngak diketatin bisa tak terbendung, makanya mamanya mengetatkan makanannya, pagi minum jus buah yang dirotasi, siang kalau sudah makan di sekolah, pulang sekolah tidak makan, dan malam baru dikasih makan lagi. Menu tetap menghindari casien, gluten, pewarna, pengawet, pelezat, gula pasir, dkknya. Hasil dari pengetatan makanan nyata sekali. Yansen menjadi langsing, tidak gendut kayak papanya.

Kematangan secara jiwanipun juga terlihat baik pikiran, perasaan dan kehendak. Bisa menerima logika, sebab akibat, tidak bertahan pada kehendak sendiri, bisa menerima alasan yang lawan bicara sampaikan, dan tidak ngamuk lagi bila sesuatu yang dia mau tertunda kalau alasannya bisa diterima. Contohnya saat frekwensi makanan dikurangi, Yansen responnya bagus, malah sering dia pakai alat jogging di rumah dan berkomentar Yansen mau langsing ya, wih sudah tahu penampilan rupanya anak kami yang special ini.

Secara rohanipun perkembangannya cukup baik, Yansen sudah bisa mimpin doa di depan kelas. Sebelum makan dia kami ajarkan berdoa agar Tuhan menguduskan makanan dan minumannya, mensyukuri setiap berkat yang diterimanya sebab kalau Yansen minta sesuatu yang nilainya agak besar kami minta dia berdoa dulu, dan kalau mimpinya tercapai bisa mengucap syukur dan terima kasih kepadaNya. Kalau dia sakit atau sedang ada problem, Yansen bisa berdoa minta kesembuhan dan minta pertolongan Tuhan, bahkan kalau ortu sakit, atau guru gurunya sakit sering kali minta Yansen yang doakan, dan terkadang tanpa kita minta, diapun bisa berdoa Tuhan sembuhkan mama, kalau mamanya bilang mama sakit, tidak bisa temanin Yansen.

Kalau ada temannya yang tidak masuk, wah Yansen sibuk dan terus bertanya, kenapa si anu ngak masuk?? mulai dia cari tahu ,menghampiri meja gurunya, apakah ada surat pemberitahuan ortunya, kalau ngak dia gelisah, dan begitu sampai di rumah, Yansen langsung bikin surat pemberitahuan ditujukan kepada wali kelas atas nama ortu murid, makanya kalau ada ortu murid datang ke sekolah Yansen sering mengajak berkenalan, dengan gaya yang akrab merangkul pundaknya dan bertanya "ini mama siapa"?? dan para ortupun melayani dengan ramah, tidak heran Yansen menjadi primadona di lingkungan sekolahnya. Kalau Yansen sempat beberapa hari tidak masuk, semuanya kesepian.

Waktu naik kelas 5 yang mendampingi Yansen di sekolah adalah asisten khusus mamanya yang ditugaskan memantau semua kegiatan belajar dan tingkah laku Yansen selama di sekolah, sedangkan mama Yansen stand by dirumah karena sedang merintis usaha travel, dan ketika Yansen pulang sekolah, mamanya yang banyak mengajar yansen. Guru kelas juga hanya sempat memberikan les 2 bulan sejak naik kelas 5, sebab beliau punya waktu terbatas karena punya anak yang masih butuh perhatiannya dirumah, dan kalau yansen digabungkan les masal, dianggap tidak efisien dan mengganggu yang lain. Kalau kumpul les di rumah temannya, setengah waktu les terbuang untuk menenangkan situasi dimana Yansen suka observasi semua ruangan rumah yang masih asing baginya.

Ketika proses belajar dan mengajar baru berjalan 3 bulan saat yansen kelas 5, ternyata ada kejadian heboh lagi terulang. Kali ini Yansen tidak konsentrasi belajar, tidak mencatat topik yang sedang dibahas, PS tidak digubrisnya, dan pendamping yang diberi tugas untuk take care Yansen tidak sanggup mencairkan suasana kegalauan hati Yansen. Sejak sebelum berangkat ke sekolah sudah ada masalah, dimana ada kliping denah-denah rumah yang sedang dikumpulkan Yansen tercecer/hilang dan mulai pagi Yansen sudah menuntut dicarikan tetapi sampai mau berangkat tidak ketemu juga, maka perkara hilangnya kliping itu yang membuat galau pikirannya terbawa sampai di sekolah. Dan ketika pendampingnya dipanggil gurunya untuk menegur kelakuan Yansen yang dianggap tidak kondusif tidak berhasil, pendampingnya kemungkinan stress dan berlaku kasar kepada yansen dengan mencubitnya, maka Yansenpun bangkit melawannya. Mungkin karena panik sehingga Yansen terdorong jatuh dan
mengamuk di kelas. Suasanapun jadi kacau sehingga pihak sekolah menghubungi kami untuk membawa pulang Yansen dan pendampingnya.

Keesokan harinya kami langsung menghadap kep sek dan beliau merespon agak keras karena menilai pendamping tidak bisa menangani Yansen saat bermasalah. Setelah kami berunding saat itu juga kami memutuskan untuk selanjutnya mama Yansen sendiri yang akan mendampingi Yansen full day di sekolah. Melihat kesungguhan kami yang mau berkorban demi kemajuan anak kami, maka pihak sekolah pun sangat respek sehingga memberikan kesempatan Yansen untuk tetap belajar sampai tamat. Mulai saat itu tidak pernah ada panggilan lagi dari pihak sekolah karena mamanya terlibat langsung di sekolah. Jadi teman-teman Yansenpun jadi teman mamanya, juga guru guru dan para ortu murid menberikan dukungannya.

Sejak kejadian itu, semua masalah belajar mengajar Yansen ditangani langsung oleh mamanya dan tidak ada less tambahan sampai kelas 6 bahkan sampai tamat. Prestasi Yansen menunjukkan kemajuan, nilai-nilaipun rata rata bagus, dan semua kegiatan sekolah Yansen ikuti tanpa pernah absen. Melihat kondisi Yansen yang sudah kondusif, maka pihak sekolah memberikan kelonggaran untuk tidak perlu mendamping Yansen full day di sekolah, jadi waktu kelas 6 kami hanya mengantar Yansen pagi ke sekolah,waktu istirahat dipantau 15 menit dan menjemputnya waktu pulang. Hanya kegiatan out door yang perlu didampingi.

Kami bersyukur kepada Tuhan karena anugrahNya anak kami yang special ini bertumbuh menjadi remaja. Semua karena campur tangan Tuhan sebab kami sadar kemampuan kami sangat terbatas tetapi kami sepenuhnya bergantung kepada Tuhan, pencipta yang agung yang tidak terbatas kuasanya. Apa yang kami butuhkan, Tuhan sediakan tepat waktunya, sebab itu kepada semua orang tua yang punya anak special, kalau Tuhan titipkan anak dalam hidup kita, apapun kondisinya itu adalah anugrah dan terimalah sebagai amanah, sebab Tuhan sebenarnya lebih peduli, karena semua adalah milikNYA.

Pernah suatu ketika, karena kecapean dan hampir putus asa karena banyak masalah yang berliku-liku dalam mengasuh dan mendidik Yansen anak kami yang memang special, ketika berdoa, aku sempat berkeluh kesah:"Tuhan kenapa Engkau ijinkan anak yang special ini menjadi beban dalam kehidupan kami??”, kenapa kami harus berletih-lelah dengan perkara ini dan itu??. Tahukah apa yang Tuhan taruh dalam hatiku?, ketika saat teduh menantikan Tuhan:"itu milikKU yang dititipkan kepadamu, kapan saja Aku bisa mengambilnya kembali, bila engkau tidak mau menerimanya sebagai bagian dalam hidupmu", sejak saat itu aku kembali disadarkan bahwa kalau Tuhan beri kita anak special itu anugrah dan sekaligus amanah, itu sudah menjadi bagian dalam hidup kita, oleh karena itu bersyukurlah dalam segala hal, karena ALLAH turut bekerja. Dalam segala hal mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang dikasihiNYA.

Tak terasa hari hari berlalu, Yansen anak kami yang memang special itu bertumbuh. Tiap pagi aku berdoa semoga Yansen selalu diberkati Tuhan makin hari makin baik, makin besar makin baik. Dan ternyata jerih lelah dan pengorbanan kami tidak sia sia, sebab terlihat nyata banyak kemajuan yang tidak pernah kami pikirkan kini menjadi kenyataan dalam kehidupan kami. Sejak naik kelas 6, Yansen sudah bisa mengatur rumah tangga, kalau pembantu pulang kampung, maka dia mulai mengatur : siapa yang nyuci, siapa yang gosok, siapa yang ngepel dll. Begitu pulang sekolah, kalau tidak banyak PR, dia langsung cuci pakaian sekeluarga (pakai mesin cuci), kemudian sorenya dia masak nasi (pakai rice cooker), kemudian dia beri tugas mamanya gosok pakaian, dan begitu ciecienya pulang langsung dicerca,ciecie ngepel ya!. Kalau banyak PR dimana dia tidak sempat cuci pakaian, begitu saya pulang langsung dipesanin, papa cuci ya, Yansen masih mau kerjakan PR. Sebagai ayahnya maka sayapun melaksanakan tugas yang diberikan anak kami yang special itu, dan herannya tidak ada yang mengajari yansen masak nasi tapi airnya selalu pas dan nasinyapun pulen (mungkin karena dia hobby baca resep). Yang heran lagi dia bahkan bisa menterjemahkan resep bahasa Indonesia ke bahasa Inggris walaupun dalam tata bahasa yang kaku.

Hal yang masih mengganjal adalah Yansen terobsesi berat dengan alat alat elektronik, sehingga katalog hypermarket, dan carefore menjadi langganannya. Tidak heran kalau banyak kliping alat alat elektronik yang dikumpulkannya, diapun suka menggambar alat alat elektronik, dan semua merk dia hafal. Kami agak kewalahan kalau ke supersrore karena Yansen akan menghabiskan banyak waktu di counter elektronik, semua unit dilihat, diperhatikan, dicobain switch-switchnya bahkan dia membaca buku petunjuknya kalau ada. Kapan terbitnya katalogpun dia hafal, dan selalu meminta kami ambilkan kalau waktunya tiba. Kalau saya terlambat atau lupa ambilkan maka dia langsung buka website dan bilang kami lalai dia langsung mencetak semua catalog full colour, aduh……tintanya mahal.

Itulah dinamika punya anak special. Perasaan menyenangkan, menegangkan dan mengharukan senantiasa menjadi warna hidup kami. Selanjutnya kami akan menceritakan dinamika saat anak kami yang special ini memasuki masa puber dan liku-likunya.


Bagian ke Limabelas

Kami mau bagikan pengalaman anak kami yang sedang puber saat kelas enam dan lulus ujian SD.

Beberapa bulan menjelang ujian akhir usia anak kami hampir genap 12 tahun. Dia selalu ingat hari jadinya dan minta dibelikan kue tart Ultah, dan tepat tgl 19 Mei 2006 kami rayakan sederhana di rumah. Kami baru sadar anak kami sudah menginjak remaja, dimana sudah terjadi perubahan secara fisik secara alami. Suarapun berubah, dimana bagian alat kelaminnya sudah mulai tumbuh bulu halus.

Kami mulai mengajarkan Yansen tentang pertumbuhan seorang anak menjadi remaja dan ciri ciri yang terjadi pada dirinya. Satu hal yang berhasil adalah Yansen mulai mengerti bahwa dia bukan anak anak lagi. Ini bisa dibuktikan saat kami mengajarnya harus menutup alat kemaluannya dengan handuk saat keluar dari kamar mandi. Selama ini memang Yansen sudah biasa mandi sendiri tetapi kadang kadang masih suka nyelonong keluar bugil untuk mengambil sesuatu, eh ternyata sekarang dia ngerti dan ngak pernah lagi nyelonong bugil. Kami hanya perlu beberapa kali ingatin bahwa dia sudah remaja, jadi alat kemaluan jangan dipamerkan. Namanya alat kemaluan jadi malu kalau sampai terlihat orang lain, itu tidak sopan, dan ternyata berhasil.

Dan ketika Yansen melihat kakaknya yang cewe mengalami pertumbuhan di dadanya,
diapun bisa tanya Kok ciecie ada nen nen ya??. Kami beri penjelasan, kalau perempuan akan tumbuh dadanya sebagai bagian tubuh wanita yang nanti menjadi tempat produksi susu. Yansen kan dulu minum susu mama juga ayo ingat ngak?? Yansen tertawa cekikikan, mungkin lucu menurut pikirannya.

Kami sangat paham tidak gampang untuk mendidik seorang anak SN yang sedang menginjak masa puber. Perkembangan hormon dalam tubuhnya yang menyebabkan perubahan yang drastis, sehingga banyak hal yang dia ingin tahu dan dia mulai cari tahu. Mulai dengan memegang-megang alat kelaminnya yang mulai membesar ukurannya. Selama dia tidak memamerkan di tempat umum kami tidak kawatir dengan kelakuannya sebab kami anggap wajarlah mungkin dia sedang bergejolak akibat pertumbuhannya, dimana mukanya pun mulai tumbuh jerawat.

Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah Yansen mulai suka memeluk teman temannya yang laki laki, bahkan dia mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Orang orang yang melihat tingkah lakunyapun berkomentar, wah Yansen lagi puber nih, makanya yang mengawasinya agak kewalahan. Di sekolahnya ada beberapa orang teman yang suka diganggu, maksudnya kalau ketemu dia mau peluk. Ada anak laki laki namanya Hendrik, orangnya gemuk dan rupanya Yansen suka peluk dia karena Hendrik risih tetapi tidak bisa tegas menolak saat Yansen mendekat kepadanya maka dialah yang jadi objek mainan Yansen tiap hari. Kabarnya Hendri cengeng beberapa kali sampai nangis. Dan kalau yang wanita yang Yansen suka itu Desy. Kalau ketemu, Yansen pasti mendekati dan mau pegang pegang dan reaksi Desi, saat Yansen mendekati dia adalah: iyiiiieee sambil menghindar. Rupanya Yansen suka dengan sikapnya dan respon iyiiiee nya sambil menghinda itu. Kedua orang anak itulah yang paling banyak diganggu dan untung tidak satu kelas.

Kami mulai menyelidiki dan guru-gurupun tahu kok aneh Hendrik dan Desi yang menjadi sasaran Yansen, sedang yang lain tidak. Akhirnya kami ketemu jawabannya rupanya yang lain kalau Yansen coba peluk atau pegang, mereka TEGAS menolak dan berkata: “hus jangan ganggu!!” hasilnya Yansen mundur dan cari sasaran yang lain, sedangkan respon Desi tidak tegas sehingga Yansen ingin mengulangi terus.

Karena mama Yansen yang sehari-hari menemani di sekolah, maka semua informasi dan laporan datang kepadanya, maka mamanya mulai memberitahukan cara untuk menolak Yansen kalau dia coba mengganggu. Harus TEGAS dan Yansenpun kami tegur dan ingatin terus untuk bersikap sopan dan tidak mengganggu yang lainnya, akhirnya berhasil dan belakangan Desi dan Hendrik sudah tidak pernah diganggu lagi.

Selanjutnya Yansen mulai tertarik bagian tubuh wanita terutama bagian pegunungannya. Mungkin dia terobsesi beberapa kali pernah menyenggol nen nen mamanya saat mau tidur dan dia berkomentar nen nen mama lembut ya. Yansen masih tidur sekamar dengan kami padahal kami sudah buat kamar untuk dia, tapi dia ngak mau tidur di kamarnya sendiri. Ketika kami tanya alasannya dia jawab kayak penjara. Memang kecil ukuran 1,8 X 2,2 M hanya muat ranjang single yang ada lemari dibagian kepalanya dan meja belajar,dan kalau dia duduk di ranjang langsung berhadapan dengan meja belajar. Sadar anak kami sedang puber maka kami harus extra hati hati dalam melakukan segala sesuatu di rumah. Pernah kepergok Yansen mengintip PRT mandi di ruang cuci pakaian, memang pintu ditutup tapi Yansen rupanya mengintip di balik hordeng. Kami sudah berkali kali melarang Mbaknya mandi disitu tapi dicuekin dan setelah itulah kami benar-benar melarang PRT mandi disana. Pernah juga Yansen yang menunggu giliran mandi, karena terlalu lama menunggu menggedor pintu kamar mandi dimana ciecienya sedang mandi. Tiba tiba pintu terbuka dan sempat terlihat Yansen dan berkomentar nen nen ciecie, sambil cekikikan.

Mulai saat itulah Yansen terobsesi dengan bagian pegunungan seorang wanita. Di sekolah ada temannya yang pernah dipegang-pegang Yansen bagian gunungnya, setelah kami dapat laporan dari teman cewenya itu, kami sudah berusaha mengajar Yansen tentang alat alat reproduksi seorang wanita termasuk fungsi payudara dan bagaimana sopan santun untuk tidak boleh menyentuh bagian tubuh seseorang terutama bagian yang sangat sensitif karena tidak sopan.

Dan untuk anak SN harus diingatin terus, berulang ulang. Dan sulitnya di depan kami saat kami ajarkan dengan sabar dan lembut, Yansen responnya manis: “ya, Yansen tidak lakukan lagi.” tapi dia bisa ulangi lagi dan ulangi lagi. Makanya kami HARUS TEGAS dan agak dikerasin (tidak bisa longgar).

Yansen bahkan makin tertarik melihat penampilan seorang wanita. Hal ini bisa kami lihat dia selalu memilih baju tidur untuk mamanya. Tiap hari sebelum mamanya mandi dia sudah siapkan, mama pakai baju ini, kemudian senyum-senyum puas kalau mamanya memakai pilihannya. Karena kami melihat tingkat lakunya sudah seperti seorang pria dewasa, maka kami memutuskan Yansen tidur sama papanya dan ciecienya tidur dengan mamanya. Untuk menghindari obsesinya tentang payudara seorang wanita yang mungkin tidak sengaja tersentuh atau terlihat olehnya.

Kemudian saat yang ditunggu anak-anak kelas 6 tiba yaitu Ujian Akhir Sekolah. Persiapan Yansenpun seadanya, karena obsesinya tentang nen nen tadi sangat mengganggu konsentrasi belajarnya. Sering kalau dia ingat dia nyeletuk nen nen si anu nen nen si anu lalu tertawa meresapi apa yang sedang dia imajinasikan.

Hal itulah yang kami tidak mau, dia ada didalam dunianya sendiri dan kami berusaha supaya Yansen tidak terlarut dalam dunianya. Untung saat ujian Yansen bisa mengerjakan soal-soal dengan baik sesuai dengan waktu ditentukan. Kami menjanjikan Reward Kalau lulus, Yansen boleh ke Palembang.

Ada cerita lucu saat ujian matematika. Karena yang jaga bukan guru dari sekolahnya, maka merekapun tidak kenal Yansen. Ceritanya waktu ujian mat habis dan bell berbunyi Yansen nyeletuk belum selesai dan dia bertahan di mejanya dan terus menyelesaikan. Guru pengawas akhirnya memberi waktu 5 menit tetapi akhirnya wali kelasnya masuk dan mengambil kertas ulangan yansen untuk diserahkan kepada pengawasnya. Terakhir guru pengawasnya tahu Yansen anak SN, mereka paham dan berkenalan dengan Yansen.

Sebelum libur sehabis ujian, sekolahnya mengadakan perpisahan di Taman Cibodas Puncak dan acara Happy ending ini diikuti seluruh murid. Ada beberapa ortu murid ikut termasuk mamanya Yansen. Acara perpisahan ini menorehkan memori yang indah dimana anak-anak terlepas sesaat dari beban belajar dan boleh santai. Dan saat malam api unggun mereka saling merangkul dan saling minta maaf. Yansenpun bisa minta maaf kepada Hendrik dan Desi yang selama ini selalu diganggu dan mereka semua bebaikan dan menerima Yansen dengan suka cita, bermain dan berfoto bersama.

Ada yang mengagetkan, saat Yansen berjalan bersama mamanya didaerah perbukitan taman cibodas sambil berangkulan, ada pengunjung yang nyeletuk: “rasanya dunia ini milik berdua.” jadi mereka mengira Yansen sedang berpacaran dan mamanya adalah pasangannya. Memang ternyata Yansen sudah besar dan lebih tinggi dari mamanya, dan waktu berlalu tak terasa. Anak kami Yansen tumbuh menjadi seorang remaja.

Pada saat libur seminggu sebelum ke Palembang, pas malam minggu Yansen mengajak main ke Time Zone. Karena sudah lulus dan tinggal menunggu cap 3 jari untuk ijazah, maka saya setuju malam itu boleh ke mall sekalian makan malam dan kemudian anak-anak main Time Zone. Siangnya, mamanya laporan kalau tadi Yansen ngomong nen nen mbak Karni dan memegang payudara PRT tersebut, makanya sebelum berangkat ke mall saya panggil Yansen: “sini sen tadi Yansen berlaku kurang sopan sama mbak Karni. Boleh ngak Yansen lakukan?” jawabnya: “ngak lagi”. Terus saya bilang minta maaf sama mbak Karni, dia nurut dan lakukan, maafin Yansen ya mbak. Terus saya ngomong:”Janji Ya sen Papa ngak mau Yansen ngomong nen nen siapapun dan jangan pegang-pegang nen nen siapapun, nanti papa hajar kamu”. Dan mamanya tambahin kalau ngomong-ngomong nen nen lagi ngak jadi ke Palembang. Jawabnya manis:”ya Yansen ngak lagi”. Dia tambah lagi harus kendalikan diri dan harus sopan. Cobaaa jawabannya kan manis sekali.

Pada saat perjalanan ke mall, eh ternyata Yansen ngomong lagi nen nen mbak karni, sambil ketawa. Kami kembali menegurnya. Kalau Yansen belum bisa mengendalikan diri kita pulang, tidak usah ke Time Zone. Kemudian Yansen jawab ngak lagi, tidak boleh ngomomg nen nen ,ngak sopan ya.

Nah saat kami jalan-jalan di mall setelah makan eh rupanya Yansen teringat lagi obsesinya tadi, dia nyeletuk, nen nen mbak karni, sambil tertawa tawa, nen nen Novi, sambil cekikikan asik sendiri. Makanya mamanya tegur dia, kok ngomong nen nen lagi? kan yansen sudah janji, awas kalau ngomong lagi mama jewel mulutnya.

Ternyata ngak lama kemudian dia ulangi lagi, ngomong lagi sambil tertawa. Karena dilarang tidak bisa, akhirnya mamanya mencubit pipinya. Reaksinya dia malah melawan dan dengan gregetan mau balas dan menjamah nene mamanya sambil meremes. Saat itu tangannya ditepis mamanya, kemudian berkata ke Palembang batal saja. Melihat mamanya marah Yansen minta maaf dan mencoba menawar hukuman lain tapi ke Palembang jangan batal. Mamanya bilang tidak bisa, dan kami memang
sepakat kalau mama bilang tidak bisa kemudian si anak berpaling kepada papanya jawabannya sama. Kasus ini sekaligus menjadi test case untuk membaca kemampuan berpikir yansen, ternyata otaknya jalan, dia kemudian mengajukan penyelesaian kasusnya karena merasa bersalah, dan berkata ke Palembang jangan batal, hukum yansen saja pa. Dan kami harus tega untuk melakukan hukuman lain itu.

Sebenarnya kami memang tidak bermaksud membatalkan perjalanan ke Palembang karena itu janji kami kalau Yansen lulus. Tapi karena Yansen berbuat aneh aneh kami coba ancam dia dengan hal lain. Tetapi setelah menginjak umur 12 tahun ancaman tidak mempan lagi, bahkan Yansen bisa nego memilih dihukum daripada membatalkan apa yang menjadi keinginan favoritnya.

Sampai saat ini kami masih terus belajar untuk dapat mendidik anak kami dengan baik. Bagaimana mendidik anak spesial kami saat bertumbuh menjadi remaja, apalagi menghadapi masa pubertas. Kami baru sadar hukuman fisikpun tidak efektif lagi, bahkan Yansen punya senjata untuk meluluhkan hati kami saat kami mau menghukumnya.

Ketika tiba waktunya berangkat ke Palembang, maka saya mempersiapkan tiket untuk 3 orang mama, Yansen dan Yani serta ikut pula ketiga sepupunya 3 orang. Yansen dapat menikmati liburannya selama 2 minggu di kampung mamanya dan kembali ke Jakarta menjelang masuk Tahun ajaran baru dimana Yansen terdaftar sebagai murid kelas 1 SMP.


Bagian Penutup

Saat mengetahui anak kesayangan anda terdiagnosa Autis, seringkali sebagai Ortu kita menjadi panik dan seperti ada beban ber ton-ton di atas bahu ortu. Kamipun mengalaminya. Jadi kita semua mempunyai beban yang sama yaitu "Bagaimana caranya supaya anak-anak yang spesial ini bisa mandiri kelak.” jawaban pertanyaan inilah yang menjadi PR kita semua para ortu anak berkebutuhan khusus.

Setelah kami sadar bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini adalah atas seizin Tuhan termasuk punya anak SN ini, maka beban inipun harus diterima sebagai anugrah dan sekaligus amanah. Jadi kami bisa mengucap syukur dalam segala hal. Hasilnya adalah beban menjadi RINGAN, ah masak ya? coba jalankan.................

Punya mimpi terlalu muluk? Bagaimana kalau mimpi itu tidak menjadi kenyataan? apa tidak down? Kita boleh bermimpi, tapi Mimpi bukan sembarang mimpi. Bermimpi harus disertai iman artinya adalah punya pengharapan. Disertai iman percaya bahwa Tuhan selalu memberi yang terbaik. Jangan ngotot pasang target tetapi hal yang paling esensi dalam beriman adalah bisa mengucap syukur dalam setiap kemajuan, dalam setiap keadaan yang Tuhan izinkan terjadi dalam anak anak kita yang notabene adalah titipan Tuhan

Punya anak SN yang ada dibenak kita harus punya uang yang banyak untuk biaya diagnosa, terapi, sekolah yang mahal, pengasuh , pendamping/terapis dan masih banyak lagi daftar pengeluaran yang sudah terpampang di hadapan kita sebagai ortu. Pastilah stress kalau seandainya semua biaya yang kita bayangkan itu di luar kemampuan kita. Kamipun mengalami hal serupa, tapi kami mau katakan UANG bukan segalanya sekalipun memang perlu biaya.

Sebetulnya yang lebih penting adalah Cinta Kasih dan kepedulian orang tua dan keluarga memberikan sumbangsih yang paling besar dalam pemulihan anak SN. BerIMAN, berHARAP dan berSERAH di dalam KASIH Tuhan akan memenuhi segala kebutuhan yang kita perlukan lebih dari sekedar uang. Jangan pernah berpikir kalau punya uang banyak baru bisa mengatasi masalah anak SN, dan kalau tidak
punya uang banyak maka tamatlah semuanya.

Memang sebagai ortu tugas kita adalah berusaha semampu kita. Kalau dikaruniakan banyak uang ya tidak ada salahnya melakukan tindakan medis, terapi yang terbaik karena secara keuanganan tidak ada masalah. Sebaliknya bagi ortu yang masih harus menyesuaikan pengeluaran, jangan kecil hati sebab kamipun ada di dalam kelompok ini. Mari kita ber IMAN bahwa Tuhan akan memenuhi segala kebutuhan kita. Tuhan punya banyak cara untuk menjawab doa-doa umatNYA yang percaya, berharap dan mengasihiNYA. Semua ini bukan cuma ngomong aja, karena kami sudah mengalaminya.

Anak kami Yansen saat ini telah tamat SD umum dan pada saat menulis artikel ini dia sudah masuk kelas 1 SMP Umum. Ketika kami bertanya kepadanya bagaimana sekolah SMP? Apakah susah?. Jawabnya ngak sih tapi buku pelajarannya banyak!, Memang itu MASALAH pendidikan formal kurikulum di Indonesia. Terlalu rumit untuk anak SN. Kalau ada kurukulum yang disesuaikan minat dan kemampuan yang terarah itu lebih baik bagi anak SN agar tidak terlalu terbeban dengan pelajaran yang tidak diminati.

Terima kasih buat semua pihak yang turut mendukung dan peduli atas kemajuan anak kami. Semoga Tuhan membalas semua jerih lelah setiap umatNya.

Kepada semua ortu yang punya anak special, biarlah apa yang kami alami boleh menjadi berkat bagi yang lain untuk tetap berharap kepadaNya yang senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita umat yang mengasihiNya.

Tuhan kiranya memberkati kita, para orang tua dan tentunya anak anak spesial kita semua.
Amien.


http://puterakembara.org/archives10/00000062.shtml