Senin, 28 Februari 2011

Ambient Condition & Architectural Features

Ambient Condition & Architectural Features

Dalam hubungannya dengan lingkungan fisik Wrighstman dan Deaux (1981) membedakan dua bentuk lualitas lingkungan yang meliputi :

1. Ambient Condition


Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti suara, cahaya, warna, kualitas udara, tempratur, dan kelembapan.

Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) menyajikan beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku yaitu: kebisingan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan dan warna.

a. Kebisingan

Kebisingan menurut Sarwono (1992) terdapat tiga factor yang menyebabkan suara secara psikologis yang dianggap bising, yaitu: volume, perkiraan, dan pengendalian.

b. Suhu (temperatur) dan Polusi Udara

Menurut Holahan (1982) tingginya suhu dan polusi udara paling tidak dapat menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan dan efek perilaku.

c. Pencahayaan dan warna

Corwin Bennet (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa penerangan yang lebih kuat ternyata mempengaruhi kinerja visual kita menjadi semakin cepat dan teliti. Akan tetapi data juga menunjukkan bahwa pada satu titik di mana cahaya menjadi terlalu besar kemampuan visual kita dapat menurun.

2. Architectural Condition

Yang tercakup di dalamnya adalah seting-seting yang bersifat permanen. Misalnya dalam suatu ruangan, yang termasuk di dalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap, serta pengaturan perabotan dan dekorasi.

Dalam membicarakan architectural features, terdapat dua unsur yang akan dibahas disini, yaitu unsur estetika dan pengaturan perabot.

a. Estetika

Pengetahuan mengenai estetika member perhatian kepada dua hal. Pertama identifikasi dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dari suatu objek atau suatu proses keindahan atau paling tidak suatu pengalaman yang menyenangkan. Kedua, untuk mengetahui kemampuan manusia untuk menciptakan dan menikmati karya yang menunjukkan estetika.

Jika sebuah bentuk mendapat nilai yang betul, maka bentuk tersebut dapat dinilai estetis, sedangkan pada bentuk yang melebihi nilai betul, hingga mencapai nilai baik penuh arti, maka bentuk tersebut dinilai sebagai indah. Dalam pengertian tersebut, maka sesuatu yang estetis belum tentu indah dalam arti sesungguhnya, sedangkan sesuatu yang indah pasti estetis. Banyak pemikir seni berpendapat bahwa keindahan berhubungan dengan rasa yang menyenangkan seperti Clive Bell, George Santayana dan R.G. Collingwood. (Sutrisno, 1993).

b. Perabot

Perabot, pengaturannya dan aspek-aspek lain dari lingkungan ruang dalam merupakan salah satu penentu perilaku yang paling penting. Pengaturan perabotan dalam ruang dapat pula mempengaruhi cara orang mempersepsi ruang tersebut.

Sumber :

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab3-ambient_condititon_dan_architectural_features.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar